klikwartaku.com
Beranda Nasional Garam Palungan Desa Les: Warisan Tradisi Bali yang Mendunia

Garam Palungan Desa Les: Warisan Tradisi Bali yang Mendunia

Seorang Jurnalis Pontianak yang melihat garam di Desa Les Bali

KLIKWARTAKU – Potensi Desa Les di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, memang tidak pernah ada habisnya.

Desa yang terletak di kawasan perbukitan hingga pesisir pantai ini menyimpan kekayaan alam dan budaya yang khas.

Tidak hanya dikenal dengan wisata alam seperti air terjun dan keindahan bawah laut, Desa Les juga memiliki tradisi yang sudah ratusan tahun dijaga: produksi garam tradisional palungan.

Kondisi geografis Desa Les terbilang unik. Perbukitan yang hijau, dataran rendah yang subur, hingga pesisir pantai yang membentang panjang menciptakan potensi yang beragam.

Warga yang tinggal di wilayah pesisir mayoritas menggantungkan hidup dari laut. Sebagian berprofesi sebagai nelayan, sebagian lagi menekuni usaha sebagai petani garam tradisional.

Produksi garam di Desa Les bukan sekadar aktivitas ekonomi, tetapi juga warisan budaya yang terus dilestarikan.

Dengan memanfaatkan air laut, teriknya matahari, dan teknik pengolahan tradisional, terciptalah garam dengan cita rasa khas yang berbeda dengan garam daerah lain.

Ketua Bumdes Giri Segara Desa Les, Ketut Agus Winaya, menjelaskan bahwa proses pembuatan garam hanya bisa dilakukan saat musim kemarau.

Setidaknya diperlukan empat petak tanah untuk menghasilkan garam siap panen. Proses dimulai dengan menguapkan air laut di petakan tanah.

Setelah kering, tanah dikerik menjadi butiran kecil lalu dimasukkan ke dalam saringan tradisional yang disebut tinjungan.

Tinjungan dilapisi daun lontar, kerikil, dan pasir sebagai penyaring alami. Air laut yang melewati tanah tersebut menghasilkan cairan pekat bernama nyah atau biang garam.

Nyah kemudian ditampung dalam wadah gerombong dan dipindahkan ke palungan—batang kelapa yang dibentuk menyerupai perahu—untuk dijemur di bawah terik matahari hingga mengkristal menjadi garam.

“Lama penjemuran tergantung cuaca. Kalau panas bagus, bisa selesai dalam tiga hari. Tapi kalau mendung, bisa lebih lama,” jelas Ketut Agus Winaya.

Dalam seminggu, petani garam Desa Les hanya bisa panen dua kali. Saat musim hujan, produksi garam praktis berhenti total. Inilah yang membuat garam palungan Desa Les semakin istimewa karena diproduksi terbatas dan penuh ketekunan.

Sebagian besar petani garam menjual hasil produksi langsung ke pengepul. Namun kini, pemasaran garam palungan semakin luas berkat peran BUMDes Giri Segara Desa Les. Garam dipasarkan ke berbagai daerah, bahkan menembus pasar di Pulau Jawa.

Selain itu, garam palungan juga dipaketkan khusus untuk wisatawan yang datang berkunjung. Kreativitas ini membuat garam Desa Les bukan hanya produk konsumsi, tetapi juga oleh-oleh khas Bali yang unik.

Keunikan garam palungan Desa Les bukan hanya pada rasa, tapi juga pada prosesnya yang sepenuhnya mengandalkan tenaga manusia tanpa mesin modern. Media batang kelapa yang digunakan dalam penampungan air laut memberikan tekstur garam yang lebih besar sekaligus cita rasa yang berbeda dibanding garam dari daerah lain.

Proses ini sekaligus menjadi daya tarik wisata edukasi. Jurnalis Kalimantan Barat yang berkunjung dalam kegiatan Capacity Building Media Massa Kalimantan Barat yang diselenggarakan oleh Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat pada Sabtu 13 September 2025 berkesempatan melihat langsung proses pembuatan garam.

Para Jurnalis juga diajak menikmati panorama Desa Wisata Les yang meraih penghargaan Desa Wisata Terbaik ADWI 2024.

Salah seorang warga setempat, Sri Anggraini, menuturkan bahwa kualitas garam sangat bergantung pada cuaca.

“Kalau cuaca cerah, hasilnya bagus dan bisa cepat panen. Kalau mendung atau hujan, kami tidak bisa produksi sama sekali,” ujarnya.

Hal ini menunjukkan bahwa tradisi garam palungan tidak hanya soal keterampilan, tetapi juga kesabaran menghadapi ritme alam.

Garam Les sudah lama dikenal sebagai salah satu garam berkualitas tinggi dari Bali. Bahkan sejak lama, garam tradisional ini diekspor ke mancanegara. Kehadiran BUMDes dan inovasi varian rasa semakin memperkuat posisi garam palungan sebagai produk unggulan Desa Les.

Desa Les kini tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata alam, tetapi juga sebagai sentra garam tradisional yang mendunia.

Perpaduan antara warisan budaya, inovasi pemasaran, dan dukungan pariwisata menjadikan garam Les sebagai simbol potensi lokal yang berhasil bersaing di era global. ***

Kunjungi Medsos Klikwartaku.com

Klik di sini
Bagikan:

Iklan