klikwartaku.com
Beranda Lifestyle Virtual Influencer Makin Populer di 2025, Apa Dampaknya bagi Content Creator?

Virtual Influencer Makin Populer di 2025, Apa Dampaknya bagi Content Creator?

foto Virtual Influencer populer 2025

KLIKWARTAKU – Fenomena virtual influencer kini tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Di tahun 2025, sosok-sosok digital seperti Imma, Lil Miquela, hingga sosok-sosok lokal ciptaan agensi kreatif Indonesia mulai bermunculan di lini masa. Mereka bukan sekadar karakter 3D, melainkan figur publik digital yang mampu membangun basis penggemar, menjalin kerja sama dengan brand besar, hingga menjadi ikon budaya pop baru.

Popularitas mereka terus menanjak. Berdasarkan data yang dirilis oleh VirtualHumans.org, jumlah engagement rata-rata virtual influencer di Instagram bahkan melampaui beberapa real creator dengan follower yang sama. Dari sinilah muncul pertanyaan besar: apakah kehadiran mereka mengancam eksistensi content creator manusia?

Antara Kreativitas dan Algoritma

Berbeda dengan content creator konvensional yang mengandalkan kreativitas pribadi, virtual influencer dibentuk oleh tim kreatif dan kecerdasan buatan. Dari cara bicara, gaya berpakaian, hingga opini politik bisa diatur sesuai arah brand image yang ingin ditampilkan. Mereka tak mengenal lelah, tak mengalami krisis kepercayaan diri, dan selalu bisa tampil sempurna—karena memang tidak nyata.

Menurut Rino Armanda, pakar media digital dan dosen komunikasi visual, virtual influencer adalah “manifestasi dari algoritma yang tahu betul apa yang disukai audiens.” Namun, menurutnya ini bukan ancaman langsung, melainkan tantangan bagi kreator manusia untuk makin otentik dan berani menampilkan keunikan pribadinya.

“Virtual influencer bisa sempurna, tapi tidak punya pengalaman hidup. Justru di situlah nilai seorang content creator manusia masih tak tergantikan—emosi, pengalaman, dan koneksi personal,” jelas Rino kepada kumparan.

Brand Lebih Tertarik ke Virtual?

Fakta di lapangan menunjukkan brand-brand besar mulai melirik kerja sama dengan virtual influencer karena dinilai lebih ‘aman’ dari drama pribadi, skandal, atau komentar kontroversial. Mereka bisa dikontrol sepenuhnya, tidak pernah terlambat hadir di event, dan selalu on-brand. Hal ini tentu jadi dilema bagi kreator manusia yang harus bersaing dengan “entitas” yang tak punya batas fisik.

Namun, menurut Lia Margaretha, seorang brand strategist, kolaborasi antara manusia dan virtual influencer justru bisa menjadi tren baru

“Kita sudah lihat di Korea dan Jepang, manusia bisa tampil dalam satu konten bersama karakter digital. Itu kolaborasi, bukan kompetisi. Di Indonesia peluangnya masih terbuka lebar,” ujarnya.

Apa Dampaknya ke Dunia Kreatif?

Kehadiran virtual influencer menggeser batas antara kenyataan dan ilusi digital. Generasi Z dan Alpha, yang tumbuh bersama TikTok dan metaverse, lebih terbuka terhadap konsep idola digital. Ini akan mempengaruhi standar konten, cara brand berkomunikasi, dan bahkan definisi dari “influencer” itu sendiri.

Sementara itu, content creator manusia dituntut untuk terus mengasah narasi personal, membangun koneksi emosional, dan menghadirkan pengalaman autentik yang tak bisa direplikasi oleh AI.

Jadi, apakah virtual influencer ancaman? Bisa iya, bisa juga tidak tergantung bagaimana content creator memposisikan diri. Yang jelas, dunia konten digital sedang mengalami evolusi besar, dan hanya mereka yang adaptif dan kreatif yang akan bertahan.

Kalau kamu seorang kreator konten, apakah kamu siap berkolaborasi dengan karakter digital? Atau justru merasa tertantang untuk menampilkan sisi yang lebih manusiawi?

 

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan