Uranium Melawi: Harta Karun Energi Indonesia yang Terabaikan

KLIK WARTAKU — Di bawah permukaan tanah Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat tersembunyi harta karun strategis yang selama ini nyaris terlupakan dalam wacana energi nasional: uranium.
Bahan baku energi nuklir ini telah terdeteksi sejak era Orde Baru, namun hingga kini belum tersentuh pengembangan serius.
Prof. Dr. H. Thamrin Usman, DEA, Guru Besar Kimia Agroindustri Universitas Tanjungpura dan Ketua Dewan Penasehat ICMI Orwil Kalbar, menyebut deposit uranium di kawasan Sungai Kalan, Melawi, sebagai “aset geostrategis nasional yang belum dimanfaatkan”.
“Jika kita bicara ketahanan energi dan kemandirian industri, uranium Melawi adalah jawabannya. Ini bukan sekadar mineral, ini adalah kunci untuk transisi energi bersih yang selama ini kita cari,” ujar Prof. Thamrin.
Menurut kajian awal, kandungan uranium di Melawi mencapai ribuan ton. Dalam proyeksi energi, setiap ton uranium berpotensi menghasilkan hingga 40 juta megawatt-jam (MWh).
Dengan hanya beberapa ton uranium per tahun, satu reaktor nuklir berkapasitas 1.000 megawatt elektrik (MWe) dapat beroperasi selama puluhan tahun.
“Bayangkan jika kita membangun empat reaktor seperti itu, Kalimantan Barat tak hanya mandiri energi, tapi bisa mengekspor listrik ke wilayah lain,” jelas Thamrin.
Tak berhenti di energi, Thamrin menekankan bahwa listrik murah dari PLTN bisa memicu efek domino industrialisasi:
- Produksi hidrogen hijau lewat elektrolisis air.
- Konversi nitrogen dan hidrogen menjadi amonia untuk pupuk.
- Pemanfaatan red mud bauksit menjadi semen ramah lingkungan.
- Konversi CO₂ dari ladang gas Sambas-Natuna menjadi metanol.
“Ini adalah peluang untuk mentransformasi Kalimantan Barat dari penyedia bahan mentah menjadi pusat industri hijau berbasis energi bersih,” ujarnya.
Di Mana Lokasi Reaktor Nuklir yang Ideal?
Menurut Thamrin, Kalimantan Barat memiliki keunggulan geografis. Wilayah seperti Sambas, Bengkayang, Mempawah, hingga Ketapang dan Kayong Utara, dinilai cocok untuk PLTN karena:
- Bebas gempa dan banjir.
- Memiliki akses ke air laut atau sungai besar (untuk pendingin).
- Jauh dari permukiman padat.
- Dekat dengan jaringan transmisi eksisting.
Teknologi Small Modular Reactor (SMR), lanjutnya, juga memungkinkan pembangkit mini untuk kawasan industri atau daerah terpencil.
Meski potensi besar, proyek pengembangan uranium Melawi terhambat sejumlah faktor: belum adanya peta jalan energi nuklir daerah, lemahnya koordinasi pusat-daerah, dan kekhawatiran publik atas isu keamanan reaktor.
“Padahal dengan teknologi sekarang, reaktor nuklir jauh lebih aman. Yang kita butuhkan adalah komitmen kebijakan dan kepercayaan publik,” kata Thamrin.
Ia mendorong Pemerintah Pusat membentuk satuan tugas khusus untuk mengevaluasi, mengaudit, dan mendorong pemanfaatan uranium di Melawi.
Dengan arah pembangunan nasional yang mulai fokus pada transisi energi, para pakar menilai waktu semakin mendesak.
Jika tidak dimanfaatkan, Indonesia bisa tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Bangladesh yang telah membangun reaktor nuklir komersial.
“Indonesia punya sumber daya, punya pasar, dan punya kebutuhan. Melawi harus jadi pilot project energi nuklir nasional, bukan karena kemewahan, tapi karena kebutuhan masa depan,” tutup Thamrin.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage