klikwartaku.com
Beranda Internasional Trump Ultimatum Rusia: Gencatan Senjata di Ukraina Harus Terjadi dalam 10–12 Hari

Trump Ultimatum Rusia: Gencatan Senjata di Ukraina Harus Terjadi dalam 10–12 Hari

Presiden AS Donald Trump memberi tenggat baru bagi Rusia untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina dalam 10 hingga 12 hari. Foto: Tangkapan layer YouTube Guardian News

KLIKWARTAKU — Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan ultimatum tegas terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin terkait perang berkepanjangan di Ukraina. Dalam pernyataannya di Skotlandia, Trump menetapkan tenggat waktu baru selama 10 hingga 12 hari bagi Rusia untuk menyepakati gencatan senjata tanpa syarat.

“Tidak ada alasan untuk menunggu lebih lama. Tidak ada kemajuan berarti menuju perdamaian,” ujar Trump dalam konferensi pers usai bertemu Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Senin 28 Juli 2025.

Tarif 100 Persen dan Tekanan Global

Trump memperingatkan jika tenggat tersebut tidak dipenuhi, pemerintahannya akan memberlakukan sanksi ekonomi besar-besaran, termasuk tarif 100 persen terhadap negara mana pun yang tetap berdagang dengan Rusia. Menurut Trump, langkah ini akan membuat produk Rusia menjadi terlalu mahal dan merugikan semua pihak yang berbisnis dengan Moskow.

Dua pekan sebelumnya, Trump sempat memberikan waktu 50 hari kepada Putin untuk mengakhiri perang, namun kini waktu itu dipangkas drastis menjadi hanya 10–12 hari.

“Saya akan konfirmasi tenggat ini secara resmi Senin atau Selasa, tapi saya serius. Ini sudah terlalu sering terjadi. Saya tidak akan bicara lagi kalau ini terus berlanjut,” kata Trump, seraya menegaskan bahwa dirinya sebenarnya memiliki hubungan pribadi yang baik dengan Putin.

Respon Rusia dan Ukraina

Hingga kini, Presiden Putin belum memberikan komentar resmi mengenai tenggat waktu terbaru ini. Ketika ultimatum 50 hari diumumkan sebelumnya, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov hanya menyebutnya sebagai “sangat serius” dan mengatakan Moskow masih menganalisisnya.

Namun, respons dari dalam negeri Rusia menunjukkan ketegasan. Anggota parlemen Rusia Andrey Gurulyov mengatakan bahwa “ultimatum semacam itu tidak lagi efektif – baik di garis depan maupun di Moskow.” Ia menambahkan bahwa Rusia hanya percaya pada “senjata, prinsip, dan kehendaknya sendiri.”

Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, menyambut positif pernyataan Trump. Ia menyebutnya sebagai “pesan damai melalui kekuatan” dan mengatakan bahwa Putin hanya menghormati tekanan nyata.

Konflik yang Masih Membara

Tiga setengah tahun sejak invasi skala penuh Rusia ke Ukraina, situasi di medan perang masih memanas. Rusia terus menggempur kota-kota Ukraina dengan serangan drone dan rudal serta memperluas serangan darat di wilayah timur.

Tiga putaran pembicaraan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina yang dimediasi Turki hanya menghasilkan pertukaran tahanan, tanpa hasil signifikan menuju perdamaian.

Pekan lalu, pembicaraan terbaru bahkan hanya berlangsung satu jam. Juru bicara Kremlin menyatakan bahwa kemungkinan “terobosan” dalam negosiasi tersebut sangat kecil.

Kendala Utama Perdamaian

Persyaratan Rusia untuk menghentikan perang – seperti Ukraina harus menjadi negara netral, mengurangi kekuatan militernya secara drastis, dan meninggalkan aspirasi bergabung dengan NATO – dianggap tidak dapat diterima oleh Kyiv maupun mitra Baratnya.

Dengan waktu yang semakin sempit dan eskalasi yang terus berlangsung, masih menjadi tanda tanya besar apakah ultimatum Trump akan mendorong perubahan nyata – atau justru memperkeruh situasi yang sudah genting.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan