Beranda Ekonomi Trump Guncang Dunia dengan Gelombang Tarif Baru, 69 Negara Terkena Dampak

Trump Guncang Dunia dengan Gelombang Tarif Baru, 69 Negara Terkena Dampak

Oleh Era Sampurna - 4 Agustus 2025, 09:50

Ilustrasi wajah Donald Trump. (Dibuat menggunakan Google Gemini)

KLIK WARTAKU – Presiden Donald Trump mengguncang perekonomian dunia dengan kebijakan tarif baru yang diumumkan awal Agustus 2025.

Melalui perintah eksekutif yang ditandatangani pada 1 Agustus, Trump mengenakan tarif impor baru kepada 69 negara dengan kisaran 10% hingga 50%, yang akan berlaku efektif mulai 7 Agustus 2025.

India menjadi negara yang mendapat pukulan paling keras dengan tarif 25% tanpa pengecualian.

Kanada menghadapi tarif 35%, sementara Brasil menanggung beban paling tinggi hingga 50% untuk sejumlah komoditas utama.

Swiss dikenakan tarif 39% dan kini mempertimbangkan langkah diplomatik untuk meninjau kembali penawaran perdagangannya.

Bahkan Taiwan dan Afrika Selatan tidak luput dari kebijakan ini, masing-masing dikenai tarif 20% dan 30%.

Kebijakan ini langsung memicu reaksi keras dari pasar keuangan global. Bursa saham Amerika, Asia, dan Eropa kompak melemah, dengan Wall Street mencatat penurunan indeks terbesar sejak Mei.

Investor global kini mengantisipasi dampak lanjutan terhadap perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi.

Meski demikian, negosiasi darurat tengah berlangsung antara AS dengan sejumlah negara, termasuk Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan, untuk meredam dampak tarif.

Beberapa negara dilaporkan berhasil menekan tarif maksimal menjadi 15% setelah lobi intensif.

Dana Moneter Internasional (IMF) sempat menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 karena adanya tanda-tanda kompromi tarif, namun memperingatkan risiko resesi jika ketegangan perdagangan kembali meningkat.

Sementara itu, beberapa pengadilan di AS juga mulai menguji legalitas kebijakan tarif Trump yang dinilai terlalu agresif dan melampaui kewenangan presiden.

Dengan kebijakan tarif ini, Trump kembali menegaskan strategi proteksionisnya, tetapi juga membuka babak baru ketegangan ekonomi yang bisa menimbulkan efek domino ke seluruh dunia.