klikwartaku.com
Beranda Ekonomi Timur Tengah Membara, Harga Minyak Dunia Diprediksi Tembus di Atas USD100 per Barel

Timur Tengah Membara, Harga Minyak Dunia Diprediksi Tembus di Atas USD100 per Barel

Ilustrasi pekerja tambang minyak.

KLIK WARTAKU – Harga minyak mentah dunia sempat melonjak tajam pada pekan kedua Juni 2025, menyusul meningkatnya ketegangan militer antara Israel dan Iran, yang memunculkan kekhawatiran atas terganggunya pasokan energi global.

Namun, sentimen pasar mulai berbalik hati-hati setelah munculnya sinyal deeskalasi dan jalur diplomasi yang terbuka antara kedua negara.

Pergerakan harga minyak kini mencerminkan ketidakpastian yang tinggi di pasar global, di mana reaksi investor lebih ditentukan oleh arah konflik geopolitik ketimbang fundamental jangka pendek.

Lonjakan harga terjadi saat Israel melancarkan serangan terbatas ke infrastruktur militer dan energi Iran, termasuk fasilitas gas South Pars, yang secara signifikan memangkas kapasitas produksi gas dan kondensat negara tersebut. Minyak jenis Brent pun sempat menembus level US$78 per barel, sebelum terkoreksi kembali ke kisaran US$73–74 karena laporan bahwa Iran mempertimbangkan dialog terbuka dengan pihak ketiga.

Kekhawatiran utama pasar bukan hanya pada gangguan suplai dari Iran, yang menyumbang sekitar 3% pasokan minyak global, tetapi juga potensi penutupan Selat Hormuz, sebuah jalur vital yang dilintasi sekitar 20% pasokan minyak dunia setiap harinya.

Jika konflik berubah menjadi blokade maritim, para analis memperkirakan harga minyak bisa melonjak hingga US$120–130 per barel. Namun sejauh ini, lalu lintas kapal tanker tetap berjalan dengan pengawalan ketat dari pasukan internasional, dan belum ada gangguan besar yang terjadi.

Bank investasi global seperti JPMorgan dan Goldman Sachs telah memperbarui proyeksi harga minyak mereka untuk memasukkan risiko geopolitik sebagai variabel dominan.

Meski demikian, mereka juga mencatat bahwa OPEC+ masih memiliki ruang untuk meningkatkan produksi secara terukur guna menyeimbangkan potensi kekurangan pasokan. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab bahkan telah menyatakan kesiapan mereka untuk mengintervensi pasar jika harga melonjak tidak terkendali.

Di sisi lain, permintaan minyak global masih dibayangi oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi di Tiongkok dan ketidakpastian arah suku bunga di Amerika Serikat. Pasar pun kini bergerak dalam rentang yang sangat sensitif terhadap kabar terbaru dari Timur Tengah, membuat harga minyak sulit diprediksi dengan pola musiman atau fundamental teknikal semata.

Untuk sementara, skenario dasar yang dipegang pelaku pasar adalah bahwa harga minyak akan bertahan di kisaran US$70–80 per barel, dengan peluang lonjakan tinggi hanya jika eskalasi militer berubah menjadi konflik regional terbuka. Dengan kata lain, pasar minyak saat ini bukan hanya soal suplai dan permintaan, tapi juga tentang strategi dan kalkulasi politik di panggung internasional.

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan