klikwartaku.com
Beranda Internasional Teknologi Digital Ubah Dunia Truk: Kemudahan Bertambah, Pendapatan Menurun?

Teknologi Digital Ubah Dunia Truk: Kemudahan Bertambah, Pendapatan Menurun?

Ilustrasi Digitalisasi sektor truk membawa kemudahan bagi pengemudi dalam mencari pekerjaan, namun menimbulkan kekhawatiran soal upah rendah, keamanan kerja, dan ancaman truk tanpa sopir.

KLIKWARTAKU — Dunia angkutan truk sedang mengalami transformasi besar. Teknologi digital telah mengubah cara sopir truk mencari pekerjaan dan memindahkan muatan, namun tak sedikit yang mengeluhkan dampaknya terhadap kesejahteraan pekerja.

Jared, seorang sopir truk asal Kanada dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, mengaku kini mengandalkan laptop, tablet, dan dua ponsel pintar untuk memindai peluang kerja, sembari mengangkut perlengkapan tur musik dari New Jersey hingga Nashville.

“Dulu, kami harus berhenti di bilik telepon umum, pakai pager, dan menunggu panggilan kerja. Sekarang, cukup nyalakan perangkat dan semua data ada di tangan. Pembayaran pun langsung masuk,” katanya.

Era “Uberisasi” Truk

Transformasi ini dipicu oleh munculnya aplikasi seperti Uber Freight, yang secara digital mempertemukan pengemudi dengan perusahaan pengirim barang. Namun, seiring meningkatnya efisiensi, upah justru menurun drastis.

“Selama pandemi Covid, rata-rata tarifnya $3 per mil. Sekarang, ada yang cuma $1.10 dari Toronto ke Los Angeles,” ujar Jared. Ditambah lagi, harga bahan bakar yang terus naik membuat kondisi makin sulit.

Menurut data 2023, lebih dari 80 persen perusahaan truk di Kanada hanya mempekerjakan kurang dari lima orang, membuat pasar sangat terfragmentasi dan rawan disrupsi teknologi.

Serikat Pekerja: ‘Ini Ancaman untuk Kesejahteraan’

Serikat pekerja Teamsters Canada menyuarakan kekhawatiran terhadap tren ini. “Gaji sopir truk stagnan selama 25 tahun. Dengan munculnya pola kerja bergaya gig economy, kondisi bisa semakin memburuk,” kata juru bicara Christopher Monette.

Ia menyoroti bahwa perusahaan besar yang mengutamakan pelatihan dan keselamatan justru tersaingi oleh platform yang memangkas biaya demi efisiensi. “Sopir tidak butuh aplikasi baru. Mereka butuh perlindungan dan gaji layak,” tegasnya.

Platform Digital Kian Dominan

Di sisi lain, platform seperti Freightera justru menegaskan bahwa teknologi membawa manfaat. Co-founder Eric Beckwitt menyebut sistemnya dapat mencocokkan jutaan rute hanya dalam hitungan detik, dengan harga yang ditentukan langsung oleh pengemudi.

“Freightera tidak menetapkan harga. Kami tanya ke pengemudi: berapa tarif yang membuat mereka sehat secara bisnis, dan itulah yang digunakan,” jelas Beckwitt.

Freightera kini tengah mengembangkan AI untuk mempercepat pemrosesan dokumen yang kompleks dan mengurangi kesalahan pengiriman. Ia bahkan membayangkan freight logistics global yang sepenuhnya otomatis dalam 40 tahun ke depan.

Ancaman Truk Tanpa Sopir

Kekhawatiran lain muncul dari pesatnya pengembangan truk tanpa pengemudi. April lalu, perusahaan teknologi AS Aurora sukses mengoperasikan truk otonom komersial pertama di jalan raya. Di Tiongkok, uji coba truk tanpa sopir juga semakin luas.

Meski begitu, Jared tetap skeptis. “Transportasi itu sudah ada ratusan tahun. Tak akan selesai hanya karena ada truk tanpa sopir. Itu masih jauh,” ujarnya.

Dampak Global

Di Afrika, platform digital seperti LORI juga mulai mengubah lanskap logistik. Di Kenya, lebih dari 75 persen pengiriman barang bergantung pada jalan raya, menjadikan digitalisasi solusi utama dalam mengurangi biaya dan emisi karbon.

Namun, semua ini menimbulkan satu pertanyaan besar: Apakah efisiensi sebanding dengan kesejahteraan pengemudi? Dunia truk mungkin menjadi lebih canggih, tapi masih perlu waktu untuk benar-benar menjadi lebih adil.***

Kunjungi Medsos Klikwartaku.com

Klik di sini
Bagikan:

Iklan