Taiwan Penjarakan Kapten Kapal China dalam Kasus Perusakan Kabel Bawah Laut
KLIKWARTAKU – Seorang warga negara Tiongkok dijatuhi hukuman tiga tahun penjara oleh Pengadilan Distrik Tainan, Taiwan, karena merusak kabel bawah laut yang menghubungkan pulau utama Taiwan dengan Kepulauan Penghu di Selat Taiwan. Terdakwa yang diidentifikasi bermarga Wang adalah kapten kapal Hong Tai 58, sebuah kapal berbendera Togo.
Putusan yang dibacakan pada Kamis 12 Juni 2025 ini menjadi yang pertama kali sejak serangkaian laporan pemutusan kabel bawah laut Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
Pemerintah Taipei menuding Beijing berada di balik sabotase kabel bawah laut ini, dan menyebutnya sebagai taktik “grey zone”. Upaya tekanan non-militer terhadap Taiwan yang diklaim Tiongkok sebagai wilayahnya. Namun, Beijing membantah keterlibatannya dan menyebut insiden tersebut sebagai kecelakaan maritim biasa yang dilebih-lebihkan oleh otoritas Taiwan.
Kabel bawah laut adalah kabel berisolasi yang diletakkan di dasar laut, dan membawa hampir seluruh lalu lintas internet dunia. Menurut International Cable Protection Committee, setiap tahun terjadi sekitar 150 hingga 200 kerusakan kabel bawah laut secara global.
Taiwan sendiri memiliki 10 kabel domestik dan 14 kabel internasional. Kerusakan pada kabel yang menghubungkan Taiwan dan Kepulauan Penghu ini, menurut pengadilan, secara serius mengganggu operasi pemerintahan dan masyarakat. “Dampaknya sangat besar, dan tindakan terdakwa patut dikutuk keras,” bunyi pernyataan pengadilan.
Pada Februari lalu, Penjaga Pantai Taiwan mendeteksi kapal Hong Tai 58 berlabuh selama beberapa hari di lepas pantai selatan Taiwan. Meski telah diperingatkan, kapal baru meninggalkan lokasi pada dini hari 25 Februari.
Tak lama setelah itu, diketahui bahwa salah satu kabel bawah laut di area tersebut telah putus. Kapal pun dikawal kembali ke Taiwan dan delapan awak kapal warga negara Tiongkok ditahan. Namun, hanya Kapten Wang yang didakwa, sementara awak lainnya telah dipulangkan ke Tiongkok.
Awalnya, Wang membantah telah merusak kabel, namun dalam persidangan ia mengaku mungkin saja kabel itu putus karena kapalnya. Ia mengklaim cuaca buruk menyulitkan navigasi, sehingga ia memerintahkan awak kapal menjatuhkan jangkar tanpa mengetahui bahwa area tersebut mengandung kabel bawah laut.
Namun, jaksa menunjukkan bahwa peta elektronik kapal dengan jelas menampilkan lokasi kabel, dan menuduh bahwa tindakan Wang dilakukan dengan sengaja. Jaksa Hsu Shu Han mengatakan bahwa kapal tersebut mencurigakan karena hanya memiliki satu catatan pengangkutan barang dalam setahun terakhir, dalam kondisi kapal yang buruk, namun masih berlayar di Selat Taiwan.
Ia juga mengungkap bahwa kapal telah beberapa kali berganti nama, dan Wang sengaja menyembunyikan informasi tentang pemilik kapal, yang hingga kini belum teridentifikasi.
Penjaga pantai mengatakan gerak kapal Hong Tai 58 tidak lazim, karena menyeret jangkar lurus melintasi dasar laut, bukan bergerak dalam pola melingkar seperti biasanya. Pola zigzag pelayaran kapal juga sesuai dengan area kabel yang rusak.
Menurut otoritas Taiwan, antara tahun 2019 dan 2023 terjadi 36 kasus kerusakan kabel bawah laut akibat gaya eksternal. Taiwan semakin waspada terhadap kemungkinan sabotase, khususnya oleh Tiongkok. Pada Januari lalu, Taiwan juga menuduh kapal milik perusahaan Tiongkok telah merusak kabel bawah laut di lepas pantai utara, klaim yang dibantah oleh pemilik kapal.
Kuan Bi-ling, Menteri Dewan Urusan Kelautan Taiwan, menyebut Hong Tai 58 sebagai salah satu dari 52 kapal yang tengah dimonitor karena aktivitas mencurigakan. Kekhawatiran akan sabotase kabel bawah laut juga muncul di luar Taiwan. Pada November 2023, sebuah kapal Tiongkok dituduh memutus dua kabel serat optik di Laut Baltik, namun penyelidikan di Swedia belum menemukan bukti konklusif.
“Beberapa akademisi menyebut Perang Dunia III bisa dimulai dari pemutusan kabel bawah laut. Saya rasa itu cukup realistis,” ujar Herming Chiueh, Wakil Menteri Urusan Digital Taiwan. Dari sisi keamanan, Chiueh menyatakan bahwa kementeriannya bertugas memastikan pelaporan dan respons cepat terhadap insiden pada infrastruktur kritis seperti kabel bawah laut.
Meski demikian, jaksa Hsu mengatakan tidak ditemukan bukti langsung bahwa Wang atau kru menerima perintah dari pemerintah Tiongkok. Rekam jejak telepon Wang juga tidak menunjukkan hubungan langsung dengan otoritas Tiongkok.
Namun, kasus ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Taiwan dan Tiongkok. Presiden Taiwan, William Lai, mengambil sikap keras terhadap Beijing dan menyebutnya sebagai kekuatan asing yang bermusuhan. Sementara itu, militer Tiongkok terus melakukan latihan di sekitar Taiwan sebagai simulasi blokade.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage