Taipei Gelar Latihan Darurat Skala Besar Hadapi Ancaman Invasi China
KLIKWARTAKU — Suasana mencekam menyelimuti ibu kota Taiwan, Taipei, pada Kamis 17 Juli 2025, ketika sirene serangan udara meraung dan jalanan kota mendadak lengang. Warga diminta berlindung di dalam bangunan, toko dan restoran tutup, serta kendaraan harus menepi.
Semua ini merupakan bagian dari latihan pertahanan sipil terbesar yang pernah digelar Taiwan di tengah meningkatnya ancaman invasi dari China.
Latihan ini merupakan bagian dari rangkaian Urban Resilience Drill yang diselenggarakan bersamaan dengan latihan perang tahunan Han Kuang, sebuah simulasi militer nasional yang melibatkan lebih dari 22.000 tentara Taiwan. Fokus utama latihan tahun ini adalah respons darurat terhadap serangan udara, urban warfare, serta disinformasi atau greyzone warfare.
Presiden Taiwan William Lai turut hadir dalam latihan tersebut bersama para pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, serta perwakilan asing, termasuk Raymond Greene dari American Institute in Taiwan (AIT), lembaga yang berfungsi sebagai kedutaan besar AS secara de facto.
“Kita tidak menginginkan perang, tapi kita harus siap agar kita bisa menghindarinya. Persiapan adalah kekuatan,” tegas Presiden Lai dalam pidatonya usai latihan di Taipei.
Latihan darurat ini mencakup simulasi serangan misil dan bom di ruang publik seperti sekolah, stasiun metro, hingga jalan raya. Di sebuah kuil yang ramai di tengah kota, petugas darurat dan relawan melakukan evakuasi serta simulasi penanganan korban massal.
Helikopter Black Hawk dan Apache milik militer Taiwan juga terlihat dikerahkan untuk latihan pengisian bahan bakar dan persenjataan di taman kota.
Sementara itu, di kota Taoyuan, sebuah sekolah diubah menjadi pusat perbaikan tank, dan di Taichung, tentara melakukan simulasi pertempuran jalanan melawan pasukan musuh.
China sendiri mengecam latihan ini sebagai “kepura-puraan dan bentuk penyesatan diri” oleh pemerintah Taiwan yang dinilai pro-kemerdekaan. Namun Taiwan tetap bertekad meningkatkan kesiapan warganya menghadapi potensi konflik yang semakin nyata.
China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan militer untuk menyatukan kembali pulau tersebut. Ketegangan meningkat sejak William Lai, tokoh yang dikenal berpandangan pro-kemerdekaan, terpilih sebagai presiden.
Meski demikian, sebagian warga Taiwan masih skeptis soal kemungkinan invasi. “Kalau China benar-benar ingin menyerang, mereka sudah melakukannya sejak lama,” kata Ben (29), seorang pekerja keuangan di Taipei.
Namun bagi pemerintah Taiwan, latihan seperti ini sangat krusial. Sebuah survei dari lembaga riset pertahanan pemerintah (INDSR) pada Oktober lalu menunjukkan hanya sekitar 50 persen warga Taiwan yang percaya pada kemampuan militer negara dalam menghadapi serangan. Sebaliknya, 60 persen responden menyatakan tidak yakin invasi akan terjadi dalam lima tahun ke depan.
Dengan meningkatnya intensitas latihan militer dan pertahanan sipil, Taiwan menunjukkan keseriusannya dalam memperkuat ketahanan nasional di tengah ancaman geopolitik yang terus membayangi.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage