Sri Mulyani Minta AIIB Turunkan Bunga Pinjaman untuk Indonesia
KLIK WARTAKU – Indonesia desak AIIB beri pinjaman lebih murah, perkuat proyek digital, dan buka kantor perwakilan di Jakarta.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menantang Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) untuk berubah. Dalam pertemuan tahunan ke-10 AIIB di Beijing, 24–26 Juni 2025, Sri Mulyani menuntut suku bunga pinjaman lebih rendah dan mendorong pembukaan kantor perwakilan AIIB di Jakarta.
Indonesia telah menerima dukungan pembiayaan dari AIIB senilai USD 5,13 miliar. Namun, Menkeu menilai AIIB perlu lebih agresif mendukung proyek infrastruktur berkelanjutan, khususnya dalam konteks digitalisasi dan penguatan barang publik digital.
“Saatnya AIIB refleksi. Sudahkah memenuhi ekspektasi anggota? Sudah siap menyambut tantangan baru?” tegas Sri Mulyani dalam sesi utama Governors’ Business Roundtable.
Ia juga menuntut reformasi sistem pembiayaan AIIB, termasuk mekanisme penetapan suku bunga agar lebih kompetitif dibanding bank pembangunan multilateral (MDB) lain. Menkeu ingin AIIB menjadi katalis pembiayaan swasta dengan instrumen seperti jaminan, pembiayaan mata uang lokal, blended finance, hingga program multi-tahun yang terintegrasi dengan agenda nasional.
Dalam pertemuan bilateral dengan Presiden AIIB, Jin Liqun, Sri Mulyani juga mengangkat isu minimnya keterwakilan Indonesia di level manajemen senior AIIB. Pemerintah berharap AIIB bisa memperkuat kemitraan jangka panjang, termasuk dengan membuka kantor perwakilan di Indonesia.
AIIB saat ini memasuki babak baru. Zou Jiayi, kandidat tunggal asal Tiongkok, resmi terpilih secara aklamasi sebagai Presiden AIIB yang baru. Sri Mulyani menjadi penanya pertama dalam sesi tanya jawab terbuka sebelum pemilihan.
Selain itu, Sri Mulyani juga berdiskusi dengan Menkeu Tiongkok Lan Fo’an mengenai masa depan hubungan keuangan dan perdagangan kedua negara, termasuk isu-isu regional di bawah payung kerja sama AIIB.
Dalam satu dekade, AIIB telah berkembang pesat. Namun tantangan ke depan lebih kompleks. Dunia bergerak cepat ke arah digital. Infrastruktur tidak lagi hanya jalan dan jembatan, tapi juga data center, konektivitas digital, dan sistem informasi publik. Indonesia menuntut AIIB ikut berubah.
“Kita tidak bisa memakai strategi lama untuk menjawab tantangan baru,” ujar Menkeu.
Pertemuan ini bukan hanya selebrasi 10 tahun AIIB, tapi juga panggilan untuk reformasi. Jika AIIB ingin tetap relevan, tuntutan negara berkembang seperti Indonesia harus dijawab nyata.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage