klikwartaku.com
Beranda Internasional Singa Penelitian Oxford Tewas Ditembak Pemburu Trofi di Zimbabwe, Picu Kecaman Global

Singa Penelitian Oxford Tewas Ditembak Pemburu Trofi di Zimbabwe, Picu Kecaman Global

Blondie, seekor singa jantan yang dipantau untuk kepentingan penelitian konservasi oleh Universitas Oxford, tewas diduga akibat perburuan trofi di luar Taman Nasional Hwange, Zimbabwe. Foto: Tangkapan layer YouTube Scopix

KLIKWARTAKU — Dunia konservasi satwa kembali diguncang. Seekor singa jantan terkenal bernama Blondie, yang menjadi bagian dari penelitian Universitas Oxford, dilaporkan tewas akibat perburuan trofi di luar kawasan Taman Nasional Hwange, Zimbabwe, pada pekan yang dimulai 29 Juni lalu.

Blondie, yang diperkirakan berusia lima tahun, dikenal sebagai pemimpin kawanan dengan tiga betina dan sepuluh anak singa. Ia mengenakan kalung pelacak GPS sebagai bagian dari proyek riset jangka panjang yang dilakukan oleh tim konservasi dari Wildlife Conservation Research Unit (WildCRU) Oxford.

Namun, keberadaan kalung itu tidak cukup melindunginya dari peluru pemburu. Menurut laporan dari Africa Geographic, perusahaan safari yang ikut mensponsori riset tersebut, Blondie diyakini telah dipancing keluar dari habitatnya dan dibunuh dalam perburuan yang sangat tidak etis.

“Kalung pelacak yang jelas terlihat pun tak bisa menyelamatkan Blondie dari senapan pemburu trofi. Ini adalah bukti nyata bahwa tidak ada singa yang benar-benar aman,” ujar Simon Espley, CEO Africa Geographic, dalam pernyataan resmi.

“Ia adalah pejantan produktif dalam masa jayanya. Ini jelas bertolak belakang dengan klaim bahwa pemburu hanya menargetkan singa tua yang tak lagi berkembang biak.”

Perburuan Legal Tapi Kontroversial

Pihak berwenang Zimbabwe membenarkan bahwa perburuan tersebut berlangsung secara legal, dengan seluruh dokumen dan izin lengkap. Tinashe Farawo, juru bicara lembaga konservasi Zimbabwe, menyatakan bahwa perburuan singa lazim dilakukan saat malam hari, sehingga kalung pelacak kemungkinan tak terlihat oleh pemburu.

“Kalung itu untuk keperluan riset, bukan perlindungan. Hewan tetap bisa diburu meski memakai alat tersebut,” jelas Farawo, menambahkan bahwa tidak ada yang ilegal dalam praktik perburuan itu menurut hukum lokal.

Pihak penyelenggara perburuan dari Victoria Falls Safari Services menolak memberikan komentar, namun menyatakan bahwa perburuan dilakukan secara sah dan etis atas arahan asosiasi pemburu profesional Zimbabwe (ZPGA).

Dikecam Organisasi Konservasi

Organisasi perlindungan satwa Born Free Foundation menyampaikan duka mendalam atas kematian Blondie, dan membandingkan kejadian ini dengan kasus tragis Cecil, singa Zimbabwe lainnya yang dibunuh oleh pemburu asal AS pada tahun 2015.

“Ini adalah tragedi berulang. Dunia tampaknya belum belajar dari kematian Cecil,” ujar Dr. Mark Jones, Kepala Kebijakan Born Free.

“Perburuan trofi adalah praktik usang yang tak punya tempat dalam dunia modern. Saat populasi satwa liar sedang terancam punah, tindakan seperti ini hanya menambah penderitaan.”

Blondie dianggap sebagai simbol konservasi, dan kehilangannya merupakan pukulan telak bagi riset dan program pelestarian di wilayah tersebut. Universitas Oxford sendiri belum memberikan tanggapan resmi atas kematian Blondie.

Kematian tragis Blondie, singa penelitian, telah membuka kembali luka lama dalam kontroversi perburuan trofi di Afrika. Di saat dunia semakin menyadari pentingnya menjaga kelestarian satwa liar, praktik seperti ini justru menunjukkan betapa rentannya satwa bahkan yang sedang dipantau untuk ilmu pengetahuan. Desakan untuk mengakhiri perburuan trofi pun kembali menggema.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan