Senyum Polisi Cerminan Peradaban Lalu Lintas
KLIKWARTAKU — Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri kini punya slogan baru ” Senyum Polisi adalah Marka Utama Lalu Lintas”. Slogan itu muncul saat diskusi antara Kakorlantas Polri Irjen Pol Agus Suryonugroho dengan filsuf Rocky Gerung yang berlangsung di gedung Korlantas Polri, Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Jumat 4 Juli 2025.
Dalam diskusi tersebut, keduanya sepakat bahwa kehadiran polisi lalu lintas di jalan tidak hanya dilihat dari peran penegakan hukum, tetapi juga sebagai simbol moral publik, dimana senyum menjadi cermin kemanusiaan dan peradaban berlalu lintas.
Kakorlantas Polri, Irjen Pol Agus Suryonugroho menegaskan, seluruh jajaran Polisi Lalu Lintas perlu memedomani tagline Senyum Polisi adalah Marka Utama Lalu Lintas” sebagai bagian dari reformasi pelayanan publik yang humanis.
“Senyum bukan hanya soal keramahan, tetapi bentuk nyata kepedulian, bahwa polisi hadir untuk melindungi dan mengayomi, bukan sekadar menegakkan aturan,” kata Agus.
Agus menyatakan, nilai-nilai Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan) harus tercermin dalam sikap, perilaku dan cara berinteraksi polisi dengan masyarakat, terutama di jalan raya.
“Pendekatan yang ramah dan bersahabat dinilai dapat membangun kepercayaan dan menciptakan budaya berlalu lintas yang lebih etis serta tertib,” ucap Agus.
Agus berharap, melalui slogan itu dapat terbangun kesadaran kolektif bahwa keselamatan adalah tanggung jawab bersama dan senyum polisi menjadi sinyal awal bahwa jalan raya adalah ruang hidup yang harus dijaga dengan etika dan saling menghormati.
“Polisi lalu lintas diharapkan menjadi pelindung dan sahabat bagi masyarakat pengguna jalan,” harap Agus.
Sementara itu, Rocky Gerung mengatakan, wajah peradaban bangsa dapat dilihat dari lalu lintasnya.
“Jika ingin tahu siapa kita sebenarnya, lihatlah cara kita mengemudi dan berbagi jalan. Di sana ego, empati, dan etika saling bertabrakan,” kata Rocky.
Menurut Rocky, penataan lalu lintas tak cukup hanya dengan rambu dan sanksi. Diperlukan pemahaman mendalam tentang manusia, budaya, dan cara hidup masyarakat dalam membangun peradaban lalu lintas yang beretika dan beradab.
“karakter lalu lintas Indonesia masih dipengaruhi budaya “amuck” istilah Melayu untuk ledakan emosi massal yang spontan dan irasional, menciptakan situasi lalu lintas yang tidak teratur dan sulit dikendalikan,” pungas Rocky. ***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage