Rusia Lega Meski Trump Ancam Tarif Baru: Moskow Masih Punya Waktu Bermanuver
KLIKWARTAKU — Ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menunjukkan sikap keras terhadap Rusia dengan mengumumkan paket senjata baru untuk Ukraina dan mengancam tarif tambahan, pasar saham Moskow justru melonjak 2,7 persen.
Alih-alih panik, Rusia tampaknya merasa lega, karena langkah-langkah baru dari Washington masih memberi ruang waktu. Tarif sekunder terhadap mitra dagang Rusia baru akan berlaku dalam 50 hari ke depan, memberikan celah bagi Moskow untuk menyusun strategi dan memperlambat implementasi sanksi.
Media lokal seperti Moskovsky Komsomolets sebelumnya memperingatkan bahwa “kejutan hari Senin dari Trump tidak akan menyenangkan bagi Rusia.” Namun ternyata, reaksi pasar dan narasi internal menunjukkan Rusia sudah mengantisipasi yang lebih buruk.
Meski begitu, langkah Trump tetap menandai pendekatan yang lebih tegas terhadap Moskow, mencerminkan kekecewaannya terhadap Presiden Vladimir Putin yang belum menunjukkan komitmen konkret terhadap perdamaian di Ukraina.
Sejak kembali ke Gedung Putih pada Januari lalu, Trump menjadikan penyelesaian konflik Ukraina sebagai prioritas utama kebijakan luar negerinya. Namun, tanggapan Kremlin selama berbulan-bulan lebih banyak berupa retorika “ya, tapi…”
Rusia menyambut baik usulan gencatan senjata dari Trump pada Maret lalu, namun menuntut penghentian bantuan militer dan intelijen dari Barat kepada Kyiv, serta menginginkan pembekuan mobilisasi militer Ukraina.
Kremlin bersikeras bahwa mereka ingin perdamaian, tapi dengan syarat-syarat mereka sendiri. Mereka menyalahkan NATO dan Barat sebagai pemicu perang, bukan tindakan invasi yang dilancarkan Moskow ke Ukraina pada Februari 2022.
Selama ini, pendekatan “ya, tapi…” membuat Rusia bisa menunda sanksi baru sambil tetap melanjutkan operasi militer. Trump sendiri sempat lebih memilih pendekatan diplomatis dengan iming-iming kerja sama daripada tekanan.
Namun kini, sinyal perubahan arah mulai terlihat. “Trump jelas tidak senang dengan Putin,” kata seorang analis kebijakan luar negeri. Dan tampaknya, ketidaksenangan itu bersifat timbal balik. Media Rusia menyindir Trump dengan tajam. Moskovsky Komsomolets menulis, “Trump tampaknya mengalami delusi kebesaran. Dan mulutnya terlalu besar.”
Kondisi ini mengindikasikan bahwa hubungan AS-Rusia kembali memanas, dan kemungkinan besar akan menuju babak konfrontasi baru menjelang batas waktu negosiasi yang ditetapkan Washington.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage