klikwartaku.com
Beranda Internasional Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza City Kewalahan Tangani Korban Serangan Israel

Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza City Kewalahan Tangani Korban Serangan Israel

Dokter di Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza City, kewalahan menangani korban serangan Israel. Operasi darurat dilakukan tanpa anestesi dan fasilitas memadai, sementara tank Israel semakin dekat. Foto: Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English

KLIKWARTAKU — Situasi kemanusiaan di Gaza City semakin memburuk. Dokter di Rumah Sakit Al-Shifa, salah satu fasilitas medis terakhir yang masih beroperasi, melaporkan bahwa mereka kewalahan menangani korban luka akibat serangan udara dan darat Israel.

Para tenaga medis harus melakukan operasi darurat dalam kondisi yang sangat terbatas, bahkan tanpa anestesi dan obat penghilang rasa sakit. Seorang dokter sukarelawan dari Australia, dr Nada Abu Alrub, menyebut kondisi di rumah sakit itu sebagai “mimpi buruk penuh penyiksaan”.

“Pasien datang dengan luka parah, anggota tubuh hanya tergantung pada kulit, organ dan otak terlihat keluar, dan kami harus melakukan operasi tanpa obat bius. Itu mengerikan,” ujarnya melalui sambungan video.

Bayi Diselamatkan dari Ibu Hamil yang Tewas

Dalam satu kasus tragis, tim medis harus melakukan operasi caesar darurat pada seorang ibu hamil sembilan bulan yang kepalanya hancur akibat ledakan. Bayinya berhasil diselamatkan meski sempat mengalami gangguan pernapasan.

Dokter lain, dr Saya Aziz, menggambarkan banyak anak-anak yang harus menunggu operasi berhari-hari karena keterbatasan tenaga medis. “Setiap beberapa jam, selalu ada kasus amputasi. Ini benar-benar soal hidup atau mati,” katanya.

Tank Israel Kian Dekat

Sementara itu, tank-tank Israel dilaporkan hanya berjarak 500 meter dari Rumah Sakit Al-Shifa. Serangan darat semakin meluas ke pusat Gaza City dari arah selatan dan barat laut. Video di media sosial memperlihatkan tank Israel berada di persimpangan Hamid, hanya beberapa ratus meter dari kawasan Rimal.

Warga sipil yang berusaha melarikan diri ke selatan menghadapi jalan yang padat dan biaya evakuasi yang melonjak hingga lebih dari $3.000 per keluarga, jumlah yang tidak terjangkau oleh sebagian besar penduduk.

Seorang warga Gaza, Sultan Nassar (62), mengaku tidak mampu membayar biaya evakuasi. “Tank hanya beberapa meter dari rumah saya, tapi saya tidak bisa pergi. Kematian ada di mana-mana, di utara maupun selatan,” katanya.

Krisis Medis Meluas

Selain Al-Shifa, sejumlah rumah sakit lain juga terpaksa ditutup, termasuk rumah sakit anak Al-Rantisi dan rumah sakit St John Eye. Palang Merah Palestina melaporkan bahwa stasiun oksigen di rumah sakit al-Quds berhenti beroperasi setelah terkena tembakan, dan hanya memiliki pasokan oksigen untuk tiga hari ke depan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa fasilitas medis di Gaza kini runtuh satu per satu akibat serangan. Beberapa pusat kesehatan hancur, termasuk klinik milik Palestinian Medical Relief Society yang menyediakan layanan trauma dan perawatan kanker.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 65.000 warga Palestina telah tewas sejak Israel meluncurkan operasi militer.***

Kunjungi Medsos Klikwartaku.com

Klik di sini
Bagikan:

Iklan