Presiden Suriah Janji Lindungi Warga Druze Setelah Kekerasan Sektarian Mematikan
KLIKWARTAKU — Presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa, menyatakan bahwa melindungi warga Druze merupakan prioritas utama pemerintahannya, menyusul serangkaian bentrokan sektarian berdarah di provinsi Suweida yang menewaskan lebih dari 350 orang sejak Minggu lalu.
Dalam pidato televisi pertamanya usai serangan udara Israel ke Damaskus, Sharaa menegaskan bahwa rakyat Suriah “tidak takut perang”, namun pemerintah tetap mengedepankan kepentingan nasional dan stabilitas.
“Druze adalah bagian fundamental dari bangsa ini,” ujar Sharaa. Ia menambahkan bahwa pemerintah menolak segala upaya menyeret komunitas tersebut ke dalam konflik yang dikendalikan oleh pihak asing.
Menurut media pemerintah Suriah, militer mulai menarik pasukannya dari Suweida berdasarkan kesepakatan gencatan senjata dengan para pemuka agama Druze. Namun, belum jelas apakah gencatan senjata ini akan bertahan lama, mengingat ketegangan di lapangan masih tinggi.
Konflik bermula dari bentrokan antara milisi Druze dan suku Bedouin yang didukung pemerintah. Militer Suriah dikerahkan ke Suweida untuk pertama kalinya sejak Sharaa menggulingkan rezim Bashar al-Assad Desember lalu, mengakhiri 13 tahun perang saudara.
Namun, justru kehadiran militer menambah eskalasi kekerasan. Pasukan pemerintah dituduh membunuh warga sipil Druze dan melakukan eksekusi di luar hukum, menurut laporan aktivis dan saksi mata.
Sharaa menuduh Israel memperkeruh situasi lewat serangan udara ke markas militer Suriah, kendaraan lapis baja, serta fasilitas penyimpanan senjata di Damaskus dan wilayah selatan. Ia menyebut hal ini sebagai eskalasi besar-besaran yang memperumit kondisi di Suweida.
Pemerintah, ujar Sharaa, akan menyerahkan tanggung jawab keamanan lokal kepada tokoh agama dan sebagian faksi setempat demi menjaga kepentingan nasional tertinggi.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa militernya bertindak untuk menyelamatkan “saudara Druze” dan menghancurkan “geng-geng rezim” yang menyerang mereka.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Letjen Eyal Zamir, menegaskan Israel tidak akan membiarkan selatan Suriah menjadi “markas teror” dan akan mencegah kekacauan di perbatasan, setelah ratusan warga Druze melintasi perbatasan ke Suriah pada Rabu.
Di sisi diplomatik, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan para pihak terkait untuk menghentikan kekerasan. Namun, rincian kesepakatan belum diungkap ke publik.
Data dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menyebutkan korban tewas sejak awal konflik mencapai lebih dari 350 orang. Di antaranya, 79 adalah pejuang Druze, 55 warga sipil, serta 189 pasukan pemerintah dan 18 pejuang suku Bedouin.
SOHR juga melaporkan adanya eksekusi tanpa proses hukum terhadap setidaknya 27 warga oleh aparat keamanan, serta dugaan penjarahan dan pembakaran rumah oleh militer di Suweida.
Dengan janji perlindungan dari Sharaa dan tekanan internasional yang meningkat, nasib komunitas Druze kini menjadi pusat perhatian dalam konflik berkepanjangan di Suriah.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage