PM Prancis François Bayrou Tersingkir, Krisis Politik Kian Dalam: Siapa Penggantinya?
KLIKWARTAKU — Perdana Menteri Prancis François Bayrou resmi tersingkir setelah kalah dalam voting percaya di Majelis Nasional, Senin 8 September 2025. Kekalahan ini mengakhiri sembilan bulan masa jabatannya dan membuka babak baru krisis politik yang membayangi Presiden Emmanuel Macron.
Bayrou, 74 tahun, adalah perdana menteri keempat yang jatuh dalam kurun dua tahun terakhir. Pemerintahannya runtuh setelah mengajukan rencana pemotongan anggaran sebesar €44 miliar sekitar Rp748 triliun untuk mengatasi utang publik Prancis yang kini mencapai €3,345 triliun atau Rp56,865 kuadriliun atau Rp56.865 ribu triliun, setara 114 persen dari PDB.
Kebijakan penghapusan hari libur nasional hingga pembekuan tunjangan sosial dan pensiun membuat Bayrou ditentang keras oleh kubu kiri dan kanan ekstrem. Hasilnya, ia gagal mempertahankan kepercayaan parlemen dan harus menyerahkan pengunduran diri kepada Macron.
Bagaimana Krisis Ini Terjadi?
Akar masalah bermula sejak keputusan Macron pada Juni 2024 yang menggelar pemilu legislatif kilat setelah kekalahan partainya di pemilu Eropa. Alih-alih menghasilkan mayoritas stabil, parlemen justru terbelah dan sulit mencapai konsensus.
Michel Barnier, perdana menteri sebelum Bayrou, hanya bertahan tiga bulan. Kini, Bayrou mengikuti jejak yang sama: tumbang akibat kegagalan membangun dukungan mayoritas.
Utang Membengkak, Solusi Terbelah
Utang Prancis yang setara hampir €50.000 atau Rp850 juta per warga menjadi bom waktu bagi perekonomian negara itu. Bayrou memperingatkan bahwa tanpa pemangkasan belanja, generasi muda akan menanggung beban “perbudakan akibat utang”.
Namun partai kiri menolak pemotongan anggaran dan justru mendorong kenaikan pajak bagi kalangan kaya. Perbedaan tajam inilah yang membuat pemerintah Bayrou runtuh.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Prancis kini menghadapi ketidakpastian baru. Macron memiliki dua pilihan sulit: menunjuk perdana menteri kelima dalam dua tahun terakhir atau membubarkan parlemen dan menggelar pemilu dini.
Beberapa nama mulai disebut sebagai kandidat pengganti Bayrou. Dari kubu kiri ada Olivier Faure (Partai Sosialis), mantan PM Bernard Cazeneuve, hingga Pierre Moscovici. Dari kubu tengah dan kanan, nama Menteri Pertahanan Sébastien Lecornu, Menteri Tenaga Kerja Catherine Vautrin, dan Menteri Kehakiman Gérald Darmanin masuk dalam bursa.
Namun, jabatan perdana menteri di bawah Macron kian dianggap sebagai “kutukan politik”, karena setiap kandidat berisiko jatuh sebelum 2027 saat masa jabatan Macron berakhir.
Sementara itu, tekanan politik terus meningkat. Marine Le Pen dan kubu sayap kanan menuntut pembubaran parlemen, sedangkan kelompok sayap kiri bahkan mendesak Macron untuk mundur—sesuatu yang kecil kemungkinan akan ia lakukan.
Prancis pun kembali terjerumus dalam pusaran ketidakpastian, dengan masa depan politik yang kian sulit ditebak.***
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini