klikwartaku.com
Beranda Internasional PM Kanada Tegaskan Tak Akan Terima Kesepakatan Buruk soal Tarif AS: “Kami Tak Akan Menyerah”

PM Kanada Tegaskan Tak Akan Terima Kesepakatan Buruk soal Tarif AS: “Kami Tak Akan Menyerah”

Perdana Menteri Kanada Mark Carney menolak tekanan untuk menyepakati perjanjian dagang yang merugikan negaranya jelang tenggat tarif baru dari Presiden AS Donald Trump. Foto: Tangkapan layar YouTube cpac

KLIKWARTAKU — Perdana Menteri Kanada Mark Carney menegaskan negaranya tidak akan menyerah pada tekanan Amerika Serikat untuk menerima kesepakatan dagang yang merugikan. Peringatan itu disampaikan menjelang tenggat 1 Agustus, di mana Presiden AS Donald Trump berencana memberlakukan tarif impor baru terhadap barang-barang asal Kanada.

“Tujuan kami bukan sekadar mencapai kesepakatan apa pun dengan harga berapa pun,” tegas Carney dalam konferensi pers di Ontario, Selasa (waktu setempat). “Kami ingin kesepakatan yang benar-benar menguntungkan rakyat Kanada.”

Jika perjanjian tak tercapai sebelum tenggat, barang impor dari Kanada ke AS akan dikenakan tarif hingga 35 persen. Ketegangan ini menambah daftar panjang konflik dagang sejak Trump kembali menduduki Gedung Putih awal tahun ini dan meluncurkan kebijakan proteksionis besar-besaran.

Ancaman Tarif Trump Guncang Perdagangan Kanada-AS

Amerika Serikat dan Kanada merupakan mitra dagang terbesar satu sama lain, namun hubungan keduanya memburuk sejak Trump memberlakukan tarif 25 persen untuk berbagai produk Kanada, serta 50 persen untuk baja dan aluminium.

Trump mengklaim kebijakan tersebut bertujuan untuk mendukung industri manufaktur AS dan menjaga lapangan kerja. Namun, para kritikus menilai tarif itu justru mengganggu ekonomi global dan bisa memicu kenaikan harga bagi konsumen AS sendiri.

Carney menyatakan pemerintahannya tengah mempertimbangkan langkah perlindungan tambahan untuk sektor aluminium dan kayu, serta tarif balasan terhadap produk impor ke Kanada. Ia juga mengindikasikan adanya dukungan lanjutan bagi industri yang terdampak langsung oleh tarif AS.

“Kemungkinan dalam beberapa bulan ke depan akan ada kebutuhan bantuan lebih besar bagi sektor-sektor yang terdampak paling parah,” ujarnya dalam pertemuan para pemimpin provinsi Kanada.

Ketergantungan Tinggi pada Pasar AS

Sekitar 75 persen ekspor Kanada ditujukan ke Amerika Serikat, termasuk komoditas utama seperti logam, kayu, minyak bumi, mobil dan suku cadangnya, mesin industri, makanan, serta farmasi.

Berdasarkan data dari Kantor Perwakilan Dagang AS, pada tahun 2024 Amerika mengekspor barang senilai hampir US$350 miliar ke Kanada, dan mengimpor lebih dari US$412 miliar dari negara tetangganya itu.

Sementara Trump membela kebijakan tarifnya dengan dalih mengoreksi ketimpangan perdagangan dan menekan peredaran narkoba, data dari Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS menunjukkan bahwa hanya 0,2 persen penyitaan fentanyl terjadi di perbatasan dengan Kanada — sisanya terjadi di perbatasan dengan Meksiko.

Perjanjian Dagang Lain Tetap Sertakan Tarif Tinggi

Meski beberapa perjanjian dagang telah diumumkan, termasuk dengan Inggris, Jepang, dan Indonesia, sebagian besar tetap mencantumkan tarif tinggi. Terbaru, Gedung Putih menyepakati kesepakatan dengan Filipina dengan tarif 19 persen — lebih tinggi dari rencana awal 17 persen, namun lebih rendah dari ancaman 20 persen yang sebelumnya disampaikan Trump.

Dengan waktu yang semakin sempit dan tekanan ekonomi yang meningkat, perhatian kini tertuju pada bagaimana Kanada dan AS akan mengakhiri kebuntuan ini, serta dampaknya terhadap stabilitas perdagangan internasional secara luas.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan