PM Jepang Ishiba Tolak Mundur Meski Koalisi Diprediksi Kehilangan Mayoritas
KLIKWARTAKU — Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyatakan tidak akan mundur dari jabatannya meskipun hasil exit poll menunjukkan koalisi yang dipimpinnya kemungkinan besar kehilangan mayoritas kursi di majelis tinggi parlemen.
Pernyataan ini disampaikan Ishiba pada Minggu malam 20 Juli, setelah tempat pemungutan suara ditutup. Meski mengakui hasil pemilu sebagai “kenyataan pahit,” ia menegaskan fokus pemerintahannya tetap pada negosiasi perdagangan, khususnya dengan Amerika Serikat.
Koalisi yang terdiri dari Partai Demokrat Liberal (LDP) dan mitranya, Komeito, membutuhkan setidaknya 50 kursi dari total 248 kursi majelis tinggi untuk mempertahankan mayoritas. Namun, lembaga penyiaran publik NHK memproyeksikan koalisi hanya akan meraih antara 32 hingga 51 kursi, mengindikasikan kemungkinan kehilangan kendali.
Kekalahan ini menjadi lanjutan dari kegagalan sebelumnya saat koalisi kehilangan mayoritas di majelis rendah tahun lalu. Jika koalisi hanya memperoleh di bawah 46 kursi, itu akan menjadi performa terburuk sejak pembentukannya pada 1999.
Analis politik menilai ketidakpuasan publik terhadap kenaikan harga, inflasi pangan (khususnya beras) dan skandal politik yang membayangi LDP turut memperburuk kepercayaan terhadap Ishiba. Ketidaktegasan sikapnya terhadap isu-isu nasionalisme dan kebijakan luar negeri juga memicu perpecahan dalam basis konservatif partai.
“Banyak pendukung sayap kanan LDP menganggap Ishiba tidak cukup nasionalis seperti pendahulunya, Shinzo Abe,” kata Jeffrey Hall, dosen studi Jepang di Kanda University. Ia menambahkan, sebagian dukungan justru mengalir ke partai kecil Sanseito, yang semakin populer dengan retorika anti-imigrasi dan teori konspirasi.
Sanseito, yang naik daun sejak pandemi Covid-19 melalui platform YouTube, sukses menarik perhatian dengan kampanye “Japanese First” dan penolakan terhadap kebijakan imigrasi longgar. Retorika nasionalis partai ini terbukti efektif dalam menggaet pemilih konservatif yang kecewa.
Sebagai respons, pekan lalu Ishiba membentuk satuan tugas untuk mengatasi perilaku kriminal atau mengganggu dari sebagian warga asing, mencakup isu imigrasi, kepemilikan tanah oleh asing, hingga penyalahgunaan asuransi sosial.
Langkah ini dinilai sebagai upaya untuk meredam sentimen publik yang mulai terganggu oleh meningkatnya jumlah turis dan penduduk asing di Jepang, yang turut dikaitkan dengan lonjakan harga barang dan jasa.
Kekalahan koalisi ini membuka peluang perebutan kursi kepemimpinan di tubuh LDP. Nama-nama seperti Sanae Takaichi, Takayuki Kobayashi, dan Shinjiro Koizumi mulai disebut-sebut sebagai kandidat potensial untuk menggantikan Ishiba.
Namun pergantian kepemimpinan di tengah negosiasi penting dengan Amerika Serikat berisiko memicu ketidakstabilan politik Jepang pada saat krusial.
“Saya tidak akan mundur. Tugas saya belum selesai,” tegas Ishiba, menutup konferensi persnya dengan nada optimistis meski bayang-bayang kekalahan semakin nyata.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage