Peringkat Daya Saing Digital Indonesia Rendah, No 54 di Dunia
KLIK WARTAKU – Indonesia sebagai negara besar yang kaya sumber daya alam disebut gagal mengakselerasi inovasi untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, tanpa transformasi digital melalui adopsi industri 4.0, sektor manufaktur Indonesia akan terus tertinggal dalam persaingan global.
“Indonesia belum mampu mengadopsi dan menerapkan inovasi untuk pertumbuhan ekonomi. Transformasi digital manufaktur adalah keniscayaan, bukan pilihan. Digitalisasi akan mengefisienkan proses produksi, meningkatkan produktivitas, dan memberi daya saing nyata bagi produk manufaktur Indonesia,” tegas Agus, Rabu (17/9/2025).
Ranking Digital Global: Indonesia Masih di Papan Tengah
Data World Digital Competitiveness Ranking 2024 (IMD) menempatkan Indonesia di peringkat 43 dari 67 negara. Sementara dalam Global Innovation Index (GII) 2024 (WIPO), Indonesia hanya berada di peringkat 54 dari 133 negara.
Agus terang-terangan menyebut pencapaian ini jauh dari memuaskan. “Kalau peringkat 43 dari 120 negara, itu masih oke. Tapi dari 67 negara? Jelas tidak cukup,” katanya tajam.
Peringkat digital ini menunjukkan future readiness Indonesia masih rendah, terutama dalam adaptasi teknologi, kelincahan bisnis, dan integrasi digital.
Industri 4.0: Bukan Cost, Tapi Investasi
Meski program industri 4.0 diluncurkan sejak 2018, penerapannya masih terbatas. Banyak pelaku industri melihat digitalisasi sebagai beban biaya, bukan investasi jangka panjang. Bahkan, Agus menyoroti kelemahan internal Kemenperin yang masih kurang inovatif dalam mendorong adopsi teknologi.
Padahal, laporan 29 National Lighthouse Industri 4.0 menunjukkan transformasi digital membawa dampak signifikan:
-
Speed-to-market: percepatan 2%–600% dalam desain & peluncuran produk.
-
Agility: pengiriman lebih tepat waktu, efisiensi tunggu hingga 50%.
-
Produktivitas: peningkatan hingga 101% dengan efisiensi biaya.
-
Pendapatan: lonjakan 4%–200%.
-
Sustainability: pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 190%.
Seruan Menperin: Dari Nasional ke Global Lighthouse
Agus mendorong industri Indonesia naik kelas dari National Lighthouse menjadi bagian dari Global Lighthouse Network (WEF) sebagai bukti nyata transformasi digital.
“Capaian ini harus jadi inspirasi. Indonesia tak boleh berhenti di tingkat nasional, tapi harus diakui dunia. Visi Indonesia Emas 2045 hanya mungkin tercapai bila kita jadi pemain utama revolusi industri global,” tegasnya.
Ekosistem Inovasi: Riset, AI, dan Green Industry
Agus menekankan pentingnya ekosistem inovasi nasional: riset ilmiah, R&D, kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), Big Data, hingga transformasi industri hijau.
“Tahun ini hanya ada 15 inovasi rintisan teknologi baru. Jumlah itu harus melonjak bila kita ingin buktikan industri kita mampu berinovasi dan bersaing,” katanya.
Ia menutup dengan seruan politik-ekonomi yang keras:
“Industri nasional harus jadi tuan rumah di negeri sendiri. Kita harus berpihak pada kepentingan dalam negeri. Kuncinya satu: bersatu padu untuk Indonesia Maju.” **
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini