klikwartaku.com
Beranda Internasional Perdagangan Jadi Prioritas: PM Australia Kunjungi China di Tengah Ketegangan Geopolitik

Perdagangan Jadi Prioritas: PM Australia Kunjungi China di Tengah Ketegangan Geopolitik

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese memulai kunjungan resmi enam harinya ke China dengan fokus utama memperkuat hubungan dagang antara kedua negara. Foto: tangkapan layer YouTube 7NEWS Australia

KLIKWARTAKU — Di tengah dinamika geopolitik global, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese memulai kunjungan resmi enam harinya ke China dengan fokus utama memperkuat hubungan dagang antara kedua negara. Kunjungan ini mencakup tiga kota utama: Beijing, Shanghai, dan Chengdu.

Dalam pernyataannya, Albanese menegaskan bahwa pemerintahannya akan tetap menjalin kerja sama dengan China “di mana memungkinkan, berbeda pendapat di mana perlu, dan selalu bertindak demi kepentingan nasional.”

“Hubungan dengan China berarti lapangan kerja bagi warga Australia. Sesederhana itu,” ujar Albanese kepada awak media pada Jumat lalu.

Tanda Stabilisasi Hubungan

Kunjungan ini merupakan yang pertama kalinya sejak Albanese kembali terpilih pada Mei lalu, dan menjadi langkah penting dalam menstabilkan hubungan yang sempat renggang akibat sanksi dagang dan isu politik luar negeri.

China adalah mitra dagang terbesar Australia, menyumbang hampir sepertiga dari total perdagangan nasional, dan diprediksi akan tetap dominan dalam waktu dekat.

Geopolitik: Disepakati untuk Tak Mendominasi

Meski demikian, sejumlah isu tetap membayangi kunjungan ini, seperti keikutsertaan Australia dalam pakta AUKUS bersama AS dan Inggris, serta ketegangan di Laut China Selatan.

Namun menurut pengamat, kedua negara sepakat bahwa perbedaan politik tak perlu mendominasi hubungan bilateral.

“Mereka sadar bahwa politik harus dijaga tetap stabil agar sektor lain seperti bisnis, budaya, dan pendidikan bisa berkembang,” kata James Laurenceson, Direktur Australia-China Relations Institute.

Tekanan AS, Tapi Dukungan Domestik

Meski kemungkinan akan menuai kritik dari Washington, Albanese diyakini tetap mendapat dukungan kuat dari dalam negeri.

“Jika pemimpin Australia terlihat terlalu tunduk pada Gedung Putih, akan ada reaksi balik dari publik,” ujar Laurenceson.

Pemerintah China sendiri dikabarkan masih mengkritik keras keikutsertaan Australia dalam AUKUS, namun para pengamat yakin perbedaan ini tidak akan merusak fondasi kerja sama ekonomi kedua negara.

Dari Tambang ke Energi Hijau

Kunjungan ini juga membawa delegasi bisnis besar dari Australia, termasuk eksekutif dari Macquarie Bank, HSBC Australia, dan raksasa tambang seperti Rio Tinto, BHP, serta Fortescue. Albanese menyebutkan sektor energi hijau sebagai salah satu fokus kerja sama di masa depan.

Selama di China, Albanese juga dijadwalkan bertemu Presiden Xi Jinping, Perdana Menteri Li Qiang, dan Zhao Leji, Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional.

Akhir dari Ketegangan Lama

Kunjungan ini terjadi hampir setahun setelah Albanese menjadi pemimpin Australia pertama yang berkunjung ke China dalam tujuh tahun terakhir, setelah hubungan kedua negara sempat memburuk karena tuduhan campur tangan politik dan sanksi terhadap barang ekspor Australia.

Kini, hubungan bilateral kembali mencair, ditandai dengan berakhirnya berbagai sanksi perdagangan dan dibukanya kembali jalur dialog strategis.

“Ini adalah bagian dari diplomasi yang dewasa dan terukur dari pemerintah saat ini, jauh dari era konfrontasi sebelumnya,” kata Bryce Wakefield, Direktur Australian Institute for International Affairs.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan