Perang Timteng Reda, Harga Minyak Jatuh
KLIK WARTAKU – Harga minyak dunia ditutup melemah pada akhir pekan ini, menyusul berkurangnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang sebelumnya memicu reli harga. Brent ditutup di level sekitar US$ 67,31 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di kisaran US$ 65,07 per barel. Keduanya mengalami penurunan masing-masing sekitar 0,7% dan 0,3% dibandingkan hari sebelumnya.
Reli harga sebelumnya dipicu oleh serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran, yang memicu kekhawatiran pasar akan potensi gangguan pasokan di kawasan Teluk Persia.
Ancaman penutupan Selat Hormuz sempat menimbulkan kepanikan singkat, mengingat jalur ini merupakan salah satu rute ekspor minyak terpenting di dunia, mengangkut sekitar 20% pasokan minyak global setiap harinya.
Namun, setelah konfirmasi bahwa tidak ada gangguan fisik terhadap infrastruktur energi dan ekspor tetap berjalan normal, pasar kembali tenang. Investor mulai merealisasikan keuntungan dari lonjakan harga, dan tekanan jual mulai mendominasi.
Sementara itu, lembaga-lembaga keuangan besar seperti Goldman Sachs dan JPMorgan memperkirakan bahwa harga minyak masih memiliki ruang untuk melonjak jika ketegangan kembali meningkat.
Goldman bahkan memproyeksikan Brent bisa menembus US$ 110 per barel dalam skenario krisis pasokan yang parah. Namun untuk saat ini, mereka memperkirakan harga akan berada di kisaran US$ 90 menjelang akhir tahun.
Di sisi lain, pasokan global tetap cukup longgar berkat peningkatan produksi dari OPEC+ dan negara-negara non-anggota. Organisasi negara-negara pengekspor minyak tersebut masih mempertahankan kebijakan ekspansi produksi secara bertahap, yang turut meredam tekanan kenaikan harga dalam jangka pendek.
Situasi ini menunjukkan bagaimana pasar minyak saat ini berada dalam keseimbangan yang rapuh: di satu sisi, pasokan relatif stabil dan memadai, namun di sisi lain, risiko geopolitik yang tidak dapat diprediksi membuat harga mudah melonjak sewaktu-waktu.
Dengan kondisi ekonomi global yang masih menghadapi tekanan inflasi dan ketidakpastian arah suku bunga utama, pergerakan harga minyak dalam beberapa bulan ke depan akan sangat ditentukan oleh stabilitas kawasan Timur Tengah dan respons produsen utama terhadap dinamika pasar.
Untuk saat ini, investor tampaknya memilih sikap wait and see, menanti sinyal yang lebih jelas dari medan geopolitik maupun kebijakan energi global.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage