Perang Drone Rusia Kian Intensif, Picu Ketakutan dan Tekan Moral Warga Ukraina
KLIKWARTAKU – Suara menderu drone kembali memekakkan malam Kyiv. Warga yang telah terbiasa dengan gempuran selama lebih dari tiga tahun kini menghadapi babak baru yang jauh lebih mencekam: gelombang serangan udara besar-besaran yang melibatkan ratusan drone dan rudal secara bersamaan.
Dalam beberapa minggu terakhir, kota-kota besar seperti Kyiv dan Lutsk menjadi sasaran serangan udara terkoordinasi. Drone Shahed buatan Iran, yang sebelumnya dianggap senjata asing, kini sudah begitu akrab di telinga warga. Bahkan, suara khasnya kini disamakan dengan pesawat Stuka Nazi pada era Perang Dunia II.
“Rumahku bergetar seperti kertas,” ujar Katya, warga Kyiv. “Kami semalaman berlindung di kamar mandi,” tambahnya.
“Saya untuk pertama kalinya berlindung di tempat parkir bawah tanah,” kata Svitlana, warga lain yang menyaksikan kobaran api di seberang sungai.
Serangan Menyebar, Ketakutan Meningkat
Meskipun tak selalu menimbulkan korban jiwa, serangan ini menciptakan ketakutan mendalam. Seorang nenek, Mariia, mengaku cucunya yang berusia 11 tahun untuk pertama kalinya memahami arti kematian setelah menyaksikan serangan minggu lalu.
Menurut Misi Pemantauan HAM PBB di Ukraina (HRMMU), bulan Juni mencatat jumlah korban sipil tertinggi dalam tiga tahun terakhir: 232 orang tewas dan lebih dari 1.300 terluka.
“Ledakan serangan rudal dan drone jarak jauh telah membawa kematian dan kehancuran hingga ke wilayah yang jauh dari garis depan,” kata Danielle Bell, kepala HRMMU.
Drone Semakin Mematikan
Drone Shahed telah dimodifikasi untuk memiliki jangkauan hingga 2.500 km, mampu membawa 90 kg bahan peledak, dan terbang pada ketinggian lebih tinggi dari sebelumnya. Banyak dari drone yang dikirim merupakan umpan, untuk mengecoh sistem pertahanan udara Ukraina yang sudah kewalahan.
Menurut Institute for the Study of War yang berbasis di Washington, intensitas serangan meningkat tajam sejak awal 2025, dengan rekor baru tercipta hampir setiap bulan. Juni mencatat 5.429 drone, dan hanya dalam sembilan hari pertama Juli, jumlahnya telah melebihi 2.000 unit.
Ukraina Kewalahan, Sumber Daya Terbatas
Ahli pertahanan Ukraina, Ivan Stupak, memperingatkan: “Jika Ukraina tidak segera menemukan solusi, 2025 bisa menjadi tahun penuh bencana. Sebagian besar drone ini bukan menyerang target militer, tapi menjatuhkan apartemen dan gedung perkantoran.”
Meskipun drone tidak tergolong senjata canggih, Rusia berhasil menggunakan strategi kuantitas sebagai keunggulan, seperti yang diungkapkan Serhii Kuzan dari Ukrainian Security and Cooperation Centre:
“Semakin banyak drone yang dikirim, semakin sulit pertahanan udara kita menanganinya. Setiap serangan bisa melumpuhkan stok rudal pertahanan yang tersisa.”
Presiden Volodymyr Zelensky pun kembali menyerukan dukungan dari negara-negara Barat untuk melindungi langit Ukraina, termasuk sistem rudal Patriot dan ribuan peluru kendali lainnya.
Baru-baru ini, pemerintah Inggris mengumumkan paket bantuan pertahanan baru, termasuk lebih dari 5.000 rudal pertahanan udara, sebagai bagian dari perjanjian kerja sama militer baru dengan Kyiv.***
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini