Penembakan di Dekat Pusat Bantuan Gaza Perkuat Kritik Sistem Distribusi Baru Israel

KLIKWARTAKU – Saksi mata dan tim medis internasional melaporkan pemandangan mengerikan saat pasukan Israel menembaki warga Palestina yang berkumpul di sekitar pusat distribusi bantuan baru di Gaza selatan pada Selasa dini hari. Seorang saksi asing menggambarkan kejadian tersebut sebagai kekacauan total.
Namun, pernyataan resmi dari militer Israel menyampaikan gambaran yang sangat berbeda. Militer menyebut bahwa beberapa tersangka mendekati pasukan Israel menyimpang dari jalur akses yang telah ditentukan. Pasukan kemudian melepaskan tembakan peringatan dan tembakan tambahan diarahkan ke beberapa individu yang mendekat.
Tewasnya warga sipil yang sedang mencari bantuan makanan ini diperkirakan akan semakin memperkuat kritik terhadap sistem distribusi bantuan baru yang kontroversial di Gaza.
Pusat bantuan baru ini merupakan inisiatif Israel yang didukung Amerika Serikat untuk menggantikan sistem distribusi yang sebelumnya dijalankan oleh lembaga-lembaga PBB dan kelompok bantuan internasional berpengalaman.
Sistem baru ini dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) sebuah badan swasta yang mempekerjakan tim keamanan bersenjata dari perusahaan Amerika di pusat-pusat bantuannya, yang berada di wilayah Gaza selatan di bawah kendali penuh militer Israel.
GHF didirikan setelah Israel memberlakukan larangan total atas pengiriman makanan dan bantuan lainnya ke Gaza. Kebijakan yang menurut badan pemantau kelaparan global membuat seluruh penduduk Gaza berada dalam ancaman kelaparan.
Israel menuduh staf PBB membiarkan Hamas mengambil sebagian besar bantuan yang masuk ke Gaza, tuduhan yang dibantah oleh PBB, yang menyatakan mereka dapat mempertanggungjawabkan seluruh bantuan yang mereka distribusikan. PBB menolak bekerja sama dengan GHF.
Kini, sistem GHF menunjukkan kelemahan mendasar, sesuai dengan kekhawatiran para profesional kemanusiaan. Jake Wood, kepala GHF, mengundurkan diri lebih dari seminggu lalu. Dia menyatakan bahwa lembaganya tidak bisa menjalankan prinsip dasar kemanusiaan seperti kemanusiaan, netralitas, ketidakberpihakan, dan independensi.
Sebelumnya, sistem PBB memiliki jaringan distribusi luas dan menyuplai bahan pangan ke dapur umum serta toko roti yang mampu memberi makan ratusan ribu orang.
Sebaliknya, sistem GHF mengharuskan warga Gaza untuk berjalan melewati reruntuhan zona perang di Gaza selatan demi mendapatkan satu kotak bantuan. Distribusinya kacau, seringkali berubah menjadi rebutan massal. Mereka yang kuat mengambil alih bantuan, sementara yang lemah tidak mendapatkan apa-apa. Jumlah bantuan pun tidak mencukupi.
Demi mendapat posisi depan dalam antrean, banyak warga Palestina yang mulai berjalan sejak malam. Kerumunan besar warga yang putus asa mencari makanan sulit dikendalikan. Pagi itu, pasukan Israel kembali melepaskan tembakan dengan dampak yang mematikan.
Sebelum penembakan terbaru, Komisaris Tinggi HAM PBB, Volker Türk, mengatakan bahwa rencana GHF menunjukkan pengabaian total terhadap warga sipil. “Bayangkan orang-orang yang selama hampir tiga bulan benar-benar putus asa akan makanan dan obat-obatan, lalu mereka harus berlari atau berebut dalam keadaan paling menyedihkan,” ujarnya.
Ia juga mengecam tindakan Israel yang menurutnya menunjukkan tidak adanya penghormatan terhadap hukum perang dan perlindungan terhadap warga sipil. Pihak pendukung sistem GHF berargumen bahwa lebih baik ada bantuan meski sedikit daripada tidak sama sekali, dan bahwa sistem ini bisa diperluas.
Namun para penentang menilai sistem ini alat Israel untuk mengontrol dan mengurung warga sipil Palestina. Sejumlah menteri Israel secara terbuka menyebut bantuan pangan sebagai senjata perang. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyebutnya sebagai tuas untuk menekan Hamas.
Kekacauan berdarah seputar operasi GHF ini terjadi di saat sekutu dekat Israel termasuk Inggris, Prancis, dan Kanada mulai menuntut perubahan besar dalam cara Israel menangani situasi Gaza. Termasuk membuka akses bantuan kemanusiaan untuk lebih dari dua juta orang.
Negara-negara tersebut telah mengancam akan mengambil langkah nyata, seperti sanksi atau bahkan pengakuan terhadap negara Palestina, jika Israel tidak menghentikan ofensif militernya. Para diplomat Barat kini menyaksikan dengan prihatin pembunuhan terhadap warga yang kelaparan di Gaza, sementara isolasi internasional Israel semakin dalam.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage