klikwartaku.com
Beranda Internasional Pekerja Tani Afrika Selatan Mengaku Dipaksa Memberi Makan Mayat Perempuan ke Babi

Pekerja Tani Afrika Selatan Mengaku Dipaksa Memberi Makan Mayat Perempuan ke Babi

Seorang pekerja tani di Afrika Selatan mengungkap bahwa ia dipaksa membuang mayat dua perempuan kulit hitam ke kandang babi. Foto: Tangkapan layer YouTube DNAIndiaNews

KLIKWARTAKU — Seorang pekerja pertanian di Afrika Selatan mengaku bahwa ia dipaksa memberi makan mayat dua perempuan kulit hitam ke babi, dalam sebuah kasus pembunuhan yang mengguncang masyarakat dan memicu kembali ketegangan rasial di wilayah pedesaan.

Adrian de Wet, 20 tahun, menjadi saksi negara dalam persidangan atas kematian tragis Maria Makgato (45) dan Lucia Ndlovu (34), yang diduga ditembak oleh pemilik peternakan, Zachariah Johannes Olivier, 60 tahun, saat kedua korban sedang mencari sisa makanan di peternakan dekat Polokwane, provinsi Limpopo.

Dibunuh Saat Mencari Makanan untuk Bertahan Hidup

Makgato dan Ndlovu dilaporkan sedang mencari produk susu hampir kedaluwarsa yang biasa diberikan untuk babi, saat mereka ditembak mati. Menurut pernyataan pengacara dan jaksa, De Wet mengaku dipaksa oleh Olivier untuk membuang tubuh kedua korban ke kandang babi guna menghilangkan jejak.

Jika kesaksian De Wet diterima pengadilan sebagai di bawah tekanan (duress), maka semua dakwaan terhadapnya dapat digugurkan.

Sementara itu, tersangka ketiga, William Musora (50), pekerja asal Zimbabwe, dan Olivier masih ditahan dan belum menyatakan pembelaan. Mereka juga didakwa atas percobaan pembunuhan terhadap suami Ndlovu, serta kepemilikan senjata ilegal dan menghalangi proses hukum.

Musora juga menghadapi dakwaan tambahan terkait imigrasi ilegal berdasarkan Undang-Undang Imigrasi Afrika Selatan.

Ketegangan Rasial dan Ketidaksetaraan Lahan

Kasus ini menyulut kemarahan nasional, menyoroti kembali ketegangan rasial yang masih membara, meskipun sistem apartheid secara resmi telah berakhir lebih dari tiga dekade lalu. Kepemilikan lahan pertanian masih didominasi oleh minoritas kulit putih, sementara mayoritas pekerja pertanian adalah kulit hitam yang dibayar rendah—sebuah ketimpangan yang terus memicu gesekan sosial.

“Ini bukan sekadar kasus kriminal, tapi refleksi dari ketidakadilan sistemik yang belum selesai di Afrika Selatan,” ujar seorang aktivis dari partai oposisi Economic Freedom Fighters (EFF) yang turut menghadiri persidangan.

Suasana Pengadilan Penuh Emosi

Sidang yang digelar di Pengadilan Tinggi Limpopo dipenuhi oleh keluarga korban, aktivis, dan simpatisan. Istri Olivier juga hadir, duduk di barisan depan ruang sidang dan terlihat beberapa kali menyeka air mata.

Persidangan ditunda hingga minggu depan untuk mendengarkan kesaksian lebih lanjut dari De Wet dan mengkaji bukti forensik tambahan.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan