klikwartaku.com
Beranda Internasional Pasukan Ukraina Hentikan Serangan Rusia di Wilayah Sumy

Pasukan Ukraina Hentikan Serangan Rusia di Wilayah Sumy

Ilustrasi serangan militer melalui pesawat tempur

KLIKWARTAKU – Kepala Angkatan Bersenjata Ukraina, Jenderal Oleksandr Syrskyi, menyatakan pasukannya telah berhasil menghentikan laju serangan Rusia di wilayah perbatasan timur laut, Sumy. Dalam kunjungan ke garis depan pada Kamis, Jenderal Syrskyi menyampaikan garis pertempuran di wilayah tersebut telah distabilkan, dan serangan musim panas Rusia di daerah itu berhasil diredam.

Meski demikian, Syrskyi menambahkan bahwa ia secara langsung meninjau kondisi benteng pertahanan di Sumy, dan menilai bahwa pembangunan pertahanan tambahan sangat mendesak.

Pernyataan Syrskyi mengenai keberhasilan pasukan Ukraina di Sumy memperkuat pernyataan sebelumnya dari sejumlah pejabat Ukraina yang menyebut tekanan Rusia di wilayah tersebut mulai menurun. Namun, juru bicara Penjaga Perbatasan Ukraina, Andriy Demchenko, mengingatkan situasi di lapangan masih tidak stabil.

Wilayah Sumy berbatasan langsung dengan wilayah Kursk di Rusia bagian dari wilayah itu sempat dikuasai oleh Ukraina dalam serangan mendadak tahun lalu, sebelum akhirnya pasukan Ukraina ditarik mundur beberapa bulan kemudian.

Penyerbuan ke Kursk sempat menjadi pukulan memalukan bagi Rusia. Pada April lalu, Presiden Vladimir Putin mengumumkan rencana pembentukan zona penyangga keamanan di sepanjang perbatasan untuk memberikan dukungan tambahan bagi wilayah-wilayah Rusia yang berbatasan dengan Kharkiv, Sumy, dan Chernihiv.

Sejak itu, Moskow menggencarkan serangan ke arah Sumy. Pada akhir Mei, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan sekitar 50.000 pasukan Rusia yang disebutnya sebagai yang terbesar dan terkuat telah dikerahkan ke perbatasan, dengan rencana membentuk zona penyangga sejauh 10 km.

Kritik mulai bermunculan terkait minimnya benteng pertahanan di beberapa bagian wilayah Sumy. Dalam pernyataannya pada Kamis, Jenderal Syrskyi berusaha meredam kekhawatiran publik atas lambatnya pembangunan infrastruktur militer tersebut.

“Penambahan benteng pertahanan, pembentukan zona tembak, pembangunan koridor anti-drone untuk melindungi pasukan kami dan memastikan logistik yang lebih andal, merupakan tugas yang jelas dan sedang dilaksanakan,” ujarnya.

Namun, ia mengakui bahwa semua itu harus dilakukan dengan lebih baik dan lebih efisien. Pada awal invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, kurangnya benteng pertahanan di sejumlah wilayah membuat Moskow berhasil merangsek masuk dari perbatasan utara dan dari Semenanjung Krimea yang dianeksasi secara ilegal.

Kesempatan terbaik untuk membangun pertahanan di Sumy sebenarnya adalah pada musim gugur 2024, ketika pasukan Ukraina masih aktif bergerak di wilayah perbatasan Kursk dan Sumy relatif belum banyak terkena dampak. Kini, mungkin sudah terlambat. Rusia diyakini telah mengidentifikasi titik-titik garis depan yang minim pertahanan.

Dalam beberapa bulan terakhir, Moskow mengklaim telah merebut sejumlah desa, sambil terus membombardir kota Sumy dengan serangan misil berat yang menewaskan puluhan orang. Serangan rudal balistik pada 13 April menewaskan sedikitnya 34 orang dan melukai 117 lainnya.

DeepState, sebuah kelompok pemantau perkembangan garis depan di Ukraina, mengutip sumber yang menyatakan pertempuran kini berkecamuk di sejumlah wilayah Sumy yang belum dipertahankan. Penundaan pembangunan benteng yang sangat dibutuhkan serta kualitas rendah dari beberapa bunker tak bisa lagi diabaikan, kata para analis DeepState.

Saat ditanya soal ofensif musim panas dalam forum di St. Petersburg pekan lalu, Presiden Putin mengatakan Rusia tidak berniat merebut Sumy, namun tidak menutup kemungkinan tersebut. Ia mengklaim pasukannya telah membentuk zona penyangga sedalam 8–12 km.

Invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina yang dimulai sejak Februari 2022 kini telah memasuki tahun keempat. Serangan drone skala besar dari Rusia terhadap kota-kota Ukraina juga meningkat. Dalam beberapa pekan terakhir, ibu kota Kyiv diserang dengan jumlah drone yang memecahkan rekor, membuat sistem pertahanan kewalahan dan menimbulkan ledakan mematikan.

Putaran negosiasi terbaru antara Ukraina dan Rusia sejauh ini hanya menghasilkan pertukaran tahanan dalam skala besar, namun belum membuahkan kemajuan signifikan menuju gencatan senjata.

Pekan ini, Sekretaris Jenderal NATO yang baru, Mark Rutte, mengatakan bahwa negara-negara Eropa dan Kanada telah menjanjikan bantuan senilai €35 miliar (Rp 610 triliun) kepada Ukraina. Namun, masih ada kekhawatiran di Kyiv terkait komitmen Presiden AS Donald Trump terhadap Ukraina, serta hubungan pribadinya yang tidak menentu dengan Presiden Zelensky.

Meski begitu, Trump menyatakan pertemuannya dengan Zelensky di sela-sela KTT NATO di Den Haag berjalan sangat baik. Trump juga mengungkapkan bahwa ia sedang mempertimbangkan untuk mengirimkan sistem pertahanan udara Patriot ke Ukraina guna menangkal serangan Rusia. “Kami akan lihat apakah kami bisa menyediakan beberapa unit. Anda tahu, sistem itu sangat sulit didapat,” ujarnya.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan