klikwartaku.com
Beranda Internasional Pasukan Bayaran Wagner Tinggalkan Mali, Rusia Tetap Bertahan Lewat Africa Corps

Pasukan Bayaran Wagner Tinggalkan Mali, Rusia Tetap Bertahan Lewat Africa Corps

Ilustrasi tentara bayaran

KLIKWARTAKU – Setelah lebih dari tiga tahun berada di Mali, kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner, mengumumkan penarikan diri mereka dari negara Afrika Barat tersebut. Keputusan ini disampaikan pada Jumat 6 Juni 2025, di mana mereka mengklaim telah menyelesaikan misi militer mereka melawan kelompok bersenjata lokal.

Dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan melalui saluran Telegram, Wagner menyebut telah berhasil mengembalikan kendali atas seluruh wilayah regional ke tangan pemerintah militer Mali. Mereka juga mengklaim telah mengusir pasukan pemberontak dan menewaskan para komandan mereka.

Meski Wagner menarik pasukannya, kehadiran Rusia di Mali tidak sepenuhnya berakhir. Sebagai gantinya, kekuatan baru bernama Africa Corps, kelompok paramiliter pro-Kremlin yang dibentuk pasca pemberontakan gagal oleh pendiri Wagner, Yevgeny Prigozhin, pada Juni 2023, akan mengambil alih peran utama.

“Apa yang terjadi bukanlah penarikan Rusia, melainkan peralihan strategi. Rusia kini memberikan dukungan yang lebih terstruktur kepada Bamako,” demikian pernyataan resmi Africa Corps, merujuk pada ibu kota Mali. Selain itu, penasihat keamanan Rusia tetap aktif dalam membantu pemerintah Mali, meski Wagner mulai mundur dari medan tempur.

Ulf Laessing, Kepala Program Sahel di Yayasan Konrad Adenauer Jerman, memperkirakan keterlibatan militer Rusia akan tetap berlanjut, namun dengan fokus baru. “Kemungkinan besar Rusia akan beralih ke pelatihan militer dan penyediaan perlengkapan, ketimbang keterlibatan langsung dalam pertempuran melawan kelompok jihadis,” jelasnya.

Sementara itu, peneliti senior dari Institute for Security Studies, Christian Ani, menyebut bahwa Africa Corps kemungkinan akan memusatkan operasi mereka di sekitar Bamako, sambil tetap melakukan serangan udara sesekali terhadap kelompok jihad.

Namun, pergeseran kehadiran ini terjadi di tengah gelombang serangan mematikan. Dalam beberapa minggu terakhir, kelompok Jama’at Nusrat al-Islam wal-Muslimin (JNIM) mengklaim telah melancarkan sejumlah serangan terhadap pasukan Mali dan tentara bayaran Rusia. Salah satu serangan terbesar terjadi di pangkalan militer Boulkessi, Mali tengah, yang menewaskan sedikitnya 30 tentara. Reuters melaporkan bahwa militer Mali akhirnya meninggalkan pangkalan tersebut.

Tak hanya JNIM, pemberontak Tuareg yang diduga mendapat dukungan dari Ukraina juga disebut telah melancarkan serangan terhadap Wagner. “Wagner tampaknya telah menyadari betapa mahalnya biaya operasi di lapangan,” ungkap Ani.

Di sisi lain, pasukan Mali dan sekutunya dari Rusia turut menghadapi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia. Salah satu insiden yang mendapat sorotan adalah serangan terhadap konvoi sipil pada Februari lalu, yang menewaskan lebih dari 20 orang, termasuk anak-anak dan orang tua dari etnis Tuareg.

Ani menambahkan, reputasi Wagner rusak berat akibat dugaan kekerasan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil. “Saya kira inilah yang menjadi alasan utama mereka harus mengambil langkah mundur,” tutupnya.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan