klikwartaku.com
Beranda Ekonomi Pasar Global Menanti Kejelasan dari Perundingan Dagang AS–Tiongkok

Pasar Global Menanti Kejelasan dari Perundingan Dagang AS–Tiongkok

Ilustrasi perundingan AS-TIongkok. (Dibuat menggunakan Google Gemini)

 

KLIK WARTAKU – Pasar saham Asia bergerak hati-hati hari, Rabu (11/6/2025) ini, seiring sorotan investor global tertuju pada perkembangan perundingan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang berlangsung di London. IHSG sendiri tercatat melemah 0,43% pada penutupan sesi pertama, turun ke level 7.199,88.

Sinyal kehati-hatian juga tercermin dari pasar global lainnya. Hang Seng dan Nikkei menguat tipis masing-masing 0,9% dan 0,6%, sementara futures indeks S&P500 bergerak fluktuatif karena investor menakar kemungkinan arah kebijakan moneter The Federal Reserve, yang akan mempertimbangkan data inflasi AS terbaru dalam pertemuan pekan depan.

Meskipun pertemuan itu menghasilkan kerangka kesepakatan untuk melanjutkan gencatan tarif, pelaku pasar belum sepenuhnya tenang, menunggu kepastian dari pimpinan kedua negara.

Pelemahan indeks ini sejalan dengan sikap pasar global yang menahan diri. Di London, delegasi AS dan Tiongkok berhasil menyepakati sebuah kerangka kerja baru untuk memperpanjang gencatan senjata tarif selama 90 hari, melanjutkan semangat dari kesepakatan sebelumnya di Geneva.

Meski begitu, perjanjian ini masih bersifat prinsip dan harus dikonfirmasi terlebih dahulu oleh Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping sebelum dapat diberlakukan.

Sumber dari perundingan menyebut bahwa diskusi berlangsung produktif, dengan pembicaraan yang mencakup pelonggaran ekspor mineral tanah jarang dari Tiongkok dan komitmen AS untuk tidak menambah tarif baru dalam waktu dekat.

Namun, sejumlah isu strategis, khususnya yang berkaitan dengan transfer teknologi, hak kekayaan intelektual, dan kontrol rantai pasok global, masih belum mencapai titik temu.

Para analis, mengatakan bahwa meski pasar menyambut baik kerangka ini, tidak banyak kejutan dalam substansi kesepakatan. Analis menekankan bahwa walaupun ini sinyal positif jangka pendek, rivalitas strategis antara Washington dan Beijing belum akan mereda dalam waktu dekat.

Pelaku pasar kini menghadapi dua ketidakpastian besar: pertama, apakah Trump dan Xi benar-benar akan menyetujui kerangka kerja ini; dan kedua, bagaimana data inflasi AS yang akan dirilis besok memengaruhi arah suku bunga acuan. Jika inflasi kembali menguat, tekanan terhadap The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi akan meningkat, yang pada gilirannya dapat menekan pasar negara berkembang.

Dengan kombinasi antara ketidakpastian global dan tekanan teknikal di pasar domestik, investor di Indonesia cenderung memilih posisi defensif. Analis memprediksi bahwa volatilitas akan tetap tinggi menjelang pengumuman The Fed dan klarifikasi resmi dari Gedung Putih serta Pemerintah Tiongkok terkait hasil final dari perundingan London.

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan