Partai Pro-Uni Eropa Menang Pemilu Moldova di Tengah Dugaan Campur Tangan Rusia
KLIKWARTAKU — Partai pro-Uni Eropa yang dipimpin Presiden Maia Sandu, Party of Action and Solidarity (PAS), dipastikan meraih kemenangan besar dalam pemilu parlemen Moldova yang dinilai krusial bagi masa depan negara tersebut menuju keanggotaan Uni Eropa.
Dengan 96 persen suara dari 1,6 juta pemilih telah dihitung, PAS meraih hampir 50 persen suara, jauh mengungguli blok oposisi pro-Rusia, Patriotic Electoral Bloc, yang hanya memperoleh kurang dari 25 persen. Tingkat partisipasi mencapai 52 persen, lebih tinggi dibanding pemilu sebelumnya.
Kemenangan ini memastikan PAS menguasai mayoritas kursi di parlemen yang beranggotakan 101 orang, dengan perkiraan 54 kursi, sehingga tidak membutuhkan koalisi dengan partai lain.
Namun, kemenangan PAS tidak lepas dari kontroversi. Presiden Sandu sebelumnya telah memperingatkan adanya “intervensi besar-besaran Rusia” menjelang pemilu. Aparat keamanan bahkan melaporkan upaya penyebaran disinformasi, dugaan pembelian suara, hingga penangkapan puluhan orang yang diduga mengikuti pelatihan senjata di Serbia untuk menciptakan kerusuhan.
Situasi semakin tegang ketika ancaman bom dilaporkan di sejumlah TPS, tidak hanya di Moldova, tetapi juga di luar negeri seperti Italia, Spanyol, Rumania, dan Amerika Serikat. Tiga orang ditangkap atas dugaan merencanakan kerusuhan pasca pemilu.
Sementara itu, tokoh oposisi pro-Rusia, Igor Dodon, mengklaim kemenangan meski hasil resmi menunjukkan sebaliknya. Dodon menyerukan demonstrasi di depan parlemen untuk “membela suara rakyat”. Ia menuduh pihak berwenang menghalangi warga di Transnistria, wilayah separatis pro-Moskow dengan kehadiran militer Rusia, agar tidak ikut memilih.
Presiden Sandu, yang kembali terpilih pada November lalu, menegaskan bahwa hasil pemilu ini adalah penentu arah demokrasi Moldova. “Jangan main-main dengan suara Anda, karena kita bisa kehilangan segalanya,” katanya.
Moldova, yang sejak 2022 berstatus kandidat anggota Uni Eropa bersama Ukraina, terus berada dalam bayang-bayang perang Rusia-Ukraina, kenaikan harga, dan korupsi. Namun, mayoritas pemilih tampaknya memilih masa depan Eropa dibandingkan kembali ke pengaruh Moskow.***
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini