klikwartaku.com
Beranda Internasional Panel Surya “Great British Energy” Sekolah di Inggris Ternyata Buatan China

Panel Surya “Great British Energy” Sekolah di Inggris Ternyata Buatan China

Ilustrasi program energi bersih pertama dari Great British Energy menuai kritik setelah terungkap panel surya yang dipasang di sekolah-sekolah Inggris berasal dari perusahaan China diduga terkait pelanggaran HAM di Xinjiang.

KLIKWARTAKU — Proyek besar perdana Great British Energy (GBE) untuk mendukung transisi energi hijau di Inggris menuai sorotan, setelah terungkap bahwa panel surya yang dipasang di 11 sekolah pertama berasal dari dua perusahaan China, yaitu Aiko dan Longi.

Padahal, proyek ini sebelumnya digembar-gemborkan sebagai “proyek nasional milik rakyat Inggris, untuk rakyat Inggris.”

Menurut informasi, panel-panel tersebut dipasok oleh perusahaan yang kerap dikaitkan dengan rantai pasok yang tidak transparan. Khususnya terkait dugaan kerja paksa terhadap etnis Uighur di wilayah Xinjiang.

Meski baik Aiko maupun Longi membantah menggunakan kerja paksa, banyak pihak khawatir terhadap minimnya pengawasan terhadap sumber bahan baku utama panel surya, yakni polysilicon, di mana hingga 50 persen pasokannya berasal dari Xinjiang.

Anggota Parlemen dari Partai Buruh, Sarah Champion, menyatakan kekecewaannya.

“Saya mendukung prinsip Great British Energy, tapi sangat menyayangkan uang pajak digunakan untuk mendanai rantai pasok yang diduga melibatkan kerja paksa. Kita seharusnya membeli dari produsen dalam negeri jika memungkinkan,” tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa memang biaya produksi panel surya lokal bisa lebih tinggi, namun praktik kerja yang etis dan keberlanjutan jangka panjang seharusnya menjadi prioritas.

Pemerintah Inggris sebelumnya telah melarang investasi energi terbarukan jika terbukti melibatkan praktik perbudakan modern. Namun kenyataannya, 68 persen panel surya yang diimpor ke Inggris pada 2024 berasal dari China, naik dari 61 persen pada 2023, berdasarkan data perdagangan HMRC.

Pihak GB Energy menegaskan bahwa semua kontrak dalam proyek ini mematuhi Undang-Undang Perbudakan Modern Inggris dan mereka tengah memperkenalkan standar transparansi dan kewajiban hukum baru untuk memastikan rantai pasok yang etis.

“Kami tidak menoleransi praktik kerja tidak manusiawi dalam transisi energi Inggris,” ujar juru bicara GBE.

“Kami sedang meninjau seluruh standar transparansi dan pengungkapan pemasok, serta menggandeng mitra internasional untuk mendorong akuntabilitas global di sektor energi surya.”

China sebagai produsen dominan panel surya dunia, menguasai lebih dari 80 persen rantai manufaktur global. Namun laporan dari Universitas Sheffield Hallam pada 2023 menyebut banyak perusahaan panel surya besar yang masih bergantung pada pemasok dari Xinjiang, dan menyatakan tingkat transparansi rantai pasok kini justru menurun.

Longi dan Aiko, keduanya merupakan anggota Solar Stewardship Initiative, sebuah program internasional untuk meningkatkan akuntabilitas rantai pasok industri surya. Dalam pernyataannya, kedua perusahaan menyatakan komitmen mereka terhadap etika bisnis dan kepatuhan internasional.

Namun, pakar industri menilai bahwa dominasi pasar oleh China menyulitkan negara-negara seperti Inggris untuk menghindari produk murah dari sana, apalagi di tengah target ambisius pengembangan energi hijau.

Dengan dana sekitar £200 juta yang disiapkan untuk pemasangan panel surya di 200 sekolah dan rumah sakit, muncul tuntutan agar GBE benar-benar menjadi pionir energi hijau yang bersih – bukan hanya dari karbon, tetapi juga dari pelanggaran HAM.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan