klikwartaku.com
Beranda Internasional Obama Tanggapi Tuduhan “Pengkhianatan” dari Trump: Klaim Aneh dan Pengalihan Isu

Obama Tanggapi Tuduhan “Pengkhianatan” dari Trump: Klaim Aneh dan Pengalihan Isu

Barack Obama membalas tuduhan Donald Trump yang menyebut dirinya melakukan pengkhianatan dalam pemilu 2016. Foto: Tangkapan layar YouTube 10 News

KLIKWARTAKU — Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama akhirnya menanggapi tuduhan keras dari Donald Trump yang menyebut dirinya melakukan “pengkhianatan” dengan dugaan menyabotase kemenangan Trump pada Pemilu 2016 lewat isu keterlibatan Rusia.

Trump melontarkan tudingan tersebut dalam konferensi pers di Gedung Putih, dengan mengatakan, “Mereka mencoba mencuri pemilu. Obama tertangkap basah. Ini pengkhianatan, semua istilah yang bisa Anda pikirkan.” Pernyataan itu disampaikan saat ia menjawab pertanyaan soal kasus Jeffrey Epstein, terpidana pelaku kejahatan seksual yang tewas di penjara pada 2019.

Trump mengacu pada laporan dari Kantor Direktur Intelijen Nasional AS yang dirilis minggu lalu, dan menuduh Obama serta tim keamanan nasionalnya menjalankan “kudeta bertahun-tahun” terhadap masa jabatan Trump. Namun laporan tersebut langsung dibantah oleh para anggota Partai Demokrat, yang menyebutnya tidak berdasar.

Juru Bicara Obama: Ini Klaim Aneh dan Pengalihan Isu

Juru bicara Obama, Patrick Rodenbush, akhirnya mengeluarkan tanggapan resmi yang jarang terjadi terhadap pernyataan Trump.

“Karena menghormati jabatan presiden, kami biasanya tidak menanggapi omong kosong yang terus keluar dari Gedung Putih ini. Tapi klaim kali ini terlalu konyol untuk diabaikan. Ini tuduhan aneh dan pengalihan isu yang lemah,” ujarnya.

Rodenbush juga menegaskan bahwa dokumen intelijen yang dirilis pekan lalu tidak membantah kesimpulan umum komunitas intelijen AS bahwa Rusia memang berupaya mempengaruhi hasil pemilu AS tahun 2016, meskipun tidak berhasil memanipulasi hasil suara secara langsung.

Inti Laporan Intelijen: Tidak Ada Manipulasi Suara

Laporan yang dimaksud Trump berisi email yang dideklasifikasi dan menyatakan bahwa pejabat intelijen di era Obama sempat menunda pengungkapan hasil intelijen terkait percobaan Rusia meretas sistem pemilu AS.

Namun, dalam briefing rahasia tanggal 8 Desember 2016, tim intelijen menyimpulkan bahwa tidak ada bukti peretasan yang mempengaruhi hasil akhir pemilu. Meski begitu, pertemuan lanjutan di Gedung Putih menghasilkan permintaan agar intelijen menyusun laporan baru terkait “alat dan aksi Rusia” dalam mempengaruhi pemilu.

Hal ini dimanfaatkan oleh Tulsi Gabbard, mantan anggota Kongres dan kini Direktur Intelijen Nasional, yang menyebut adanya konspirasi pengkhianatan dan mengancam akan membawa pejabat era Obama ke jalur hukum.

Fakta Politik dan Penyelidikan yang Menyusul

Komunitas intelijen AS secara luas menyimpulkan bahwa Rusia berusaha merusak kampanye Hillary Clinton dan mendukung Trump melalui bot media sosial dan peretasan email Partai Demokrat. Tapi laporan Mueller pada 2019 menyatakan tidak ada cukup bukti untuk menjerat Trump atau tim kampanyenya dengan tuduhan berkonspirasi dengan Kremlin.

Laporan lanjutan oleh Jaksa Khusus John Durham menyebut penyelidikan awal FBI terhadap Trump kurang analisis dan terlalu mengandalkan intelijen mentah.

Laporan bipartisan dari Komite Intelijen Senat AS tahun 2020 juga mendukung kesimpulan bahwa Rusia memang mencoba membantu Trump di pemilu 2016. Laporan itu bahkan diteken oleh beberapa senator Partai Republik, termasuk Marco Rubio.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan