Militer Israel Nyatakan Jalan Menuju Pusat Bantuan Gaza “Zona Tempur” dan Ditutup Sementara

KLIKWARTAKU – Pusat distribusi bantuan di Gaza ditutup selama sehari pada Rabu 4 Juni 2025, setelah militer Israel (IDF) menyatakan bahwa jalan-jalan menuju lokasi bantuan akan dianggap sebagai zona tempur.
Gaza Humanitarian Foundation (GHF), jaringan bantuan yang didukung AS dan Israel serta mulai beroperasi minggu lalu, menyatakan bahwa penutupan dilakukan untuk keperluan pembaruan, pengorganisasian, dan peningkatan efisiensi.
Namun, IDF dalam pernyataannya secara terpisah menyebut bahwa masyarakat akan dilarang memasuki pusat distribusi atau bepergian di jalan menuju lokasi tersebut. Penutupan ini terjadi setelah sedikitnya 27 warga Palestina tewas akibat tembakan Israel di dekat salah satu pusat distribusi pada Selasa pagi, menurut Badan Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas.
Itu adalah insiden mematikan ketiga berturut-turut yang terjadi di rute menuju salah satu lokasi GHF. IDF menyatakan tentaranya melepaskan tembakan setelah melihat sejumlah tersangka bergerak ke arah mereka menyimpang dari jalur akses yang ditentukan.
Direktur Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Atef Al-Hout, melaporkan bahwa para korban luka mengalami luka tembak setelah pasukan Israel menembaki kerumunan warga sipil yang sedang menunggu bantuan di bagian barat Rafah.
Juru bicara Badan Pertahanan Sipil Hamas, Mahmoud Basal, mengatakan warga sipil ditembaki oleh tank, drone quadcopter, dan helikopter di dekat lokasi bantuan. Seorang tenaga medis asing yang bertugas di lokasi menyebut situasinya sebagai kekacauan total dan mengatakan mereka kewalahan menangani korban.
Meski demikian, IDF menegaskan bahwa pasukannya tidak menghalangi warga Gaza untuk datang ke lokasi distribusi bantuan. Pihak GHF mengatakan akan melanjutkan distribusi bantuan pada Kamis, dan sedang berupaya untuk meminta bantuan militer Israel dalam mengarahkan lalu lintas pejalan kaki di dekat batas militer guna mengurangi risiko kebingungan dan eskalasi.
GHF juga menyatakan sedang mengembangkan pedoman yang lebih jelas bagi warga sipil serta pelatihan tambahan demi keselamatan mereka. “Prioritas utama kami tetap memastikan keselamatan dan martabat warga sipil yang menerima bantuan,” katanya.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan penyelidikan segera dan independen atas kejadian ini. Juru bicaranya, Stéphane Dujarric, mengatakan bahwa penutupan pusat bantuan menunjukkan kurangnya kejelasan tentang siapa GHF itu sebenarnya serta kurangnya akuntabilitas.
“Kami melihat pria-pria bersenjata di sekitar lokasi distribusi. Tidak ada yang tahu siapa mereka dan siapa yang bertanggung jawab atas mereka,” ujar Dujarric.
PBB memperingatkan bahwa lebih dari dua juta orang terancam kelaparan di Gaza, setelah Israel memberlakukan larangan total pengiriman makanan dan bantuan lainnya selama 11 minggu. GHF dibentuk untuk menggantikan sistem distribusi bantuan yang dipimpin PBB, setelah Israel menuduh PBB gagal mencegah bantuan disalurkan ke tangan Hamas, tuduhan yang dibantah PBB.
Di bawah sistem baru, warga Gaza harus datang langsung ke beberapa pusat bantuan yang berada di wilayah kendali militer Israel dan dijaga oleh kontraktor bersenjata asal Amerika. Namun, banyak kritik menyebut model ini menyulitkan warga. Karena mereka harus berjalan jauh dan membawa sendiri paket seberat 20 kg ke tempat tinggal atau tempat pengungsian.
Dujarric menyebut GHF sebagai contoh bagaimana tidak seharusnya bantuan kemanusiaan dijalankan. Karena membahayakan warga sipil dengan mewajibkan mereka menempuh perjalanan panjang di zona militer.
Ia menyebut strategi ini sebagai tidak dapat diterima, sejalan dengan pernyataan kepala badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, yang mengatakan bahwa distribusi bantuan telah berubah menjadi jebakan maut.
Organisasi kemanusiaan internasional menuduh GHF gagal menjalankan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan. Pada hari Selasa, diumumkan bahwa Pendeta Dr. Johnnie Moore, tokoh evangelis pendukung Presiden Trump, ditunjuk sebagai kepala baru GHF menggantikan Jake Wood, mantan marinir AS yang mengundurkan diri dan mengkritik model kerja GHF.
Israel meluncurkan kampanye militernya di Gaza setelah serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 251 lainnya. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 54.470 orang telah tewas sejak saat itu, termasuk 4.201 orang sejak Israel melanjutkan ofensifnya pada 18 Maret lalu.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage