Menteri Maman Sebut MBG Adalah Mesin Ekonomi Lapisan Bawah
KLIK WARTAKU – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menjadi sorotan publik. Bukan hanya karena kontroversi istilah SPPG fiktif, tetapi juga karena taruhannya jauh lebih besar: apakah program ini mampu benar-benar menjadi mesin penggerak ekonomi lapisan bawah atau hanya berhenti sebagai jargon peningkatan gizi anak.
Menteri UMKM Maman Abdurrahman menegaskan, MBG dirancang untuk lebih dari sekadar menambah asupan gizi siswa.
“MBG bukan hanya soal gizi anak, tetapi membangun ekosistem usaha agar ekonomi betul-betul bergerak di lapisan bawah,” katanya di Jakarta, Rabu (1/10).
Namun, Maman juga mengakui ada celah serius dalam tata kelola. Salah satunya terkait ribuan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang dinilai tidak bergerak.
“Itu bukan SPPG fiktif, tapi kasus roll back. Ada sekitar lima ribu yang sudah mendaftar tapi tidak membangun dan memulai kegiatan. Kalau tidak jalan, akan dihapus,” jelasnya.
Kelemahan sistem ini memperlihatkan tantangan berat dalam menjaga akuntabilitas. Banyak pengusaha, kata Maman, sebenarnya sudah mendapat alokasi titik SPPG, namun gagal membangun karena keterbatasan modal.
“Di sinilah regulasi harus tegas. Jangan beri kesempatan bagi siapa pun mengelola dapur umum di luar batas kapasitas,” tegasnya.
Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa ekosistem usaha yang lahir dari MBG tidak kalah penting dibanding aspek gizi.
Setiap SPPG bisa melibatkan hingga 15 pemasok, dengan masing-masing memasok 3–5 pekerja. Efek bergandanya jelas: UMKM tumbuh, tenaga kerja lokal terserap, dan ekonomi mikro bergerak.
Pertanyaannya kini: apakah pemerintah mampu menutup celah tata kelola dan menjamin multiplier effect ini benar-benar dirasakan masyarakat bawah? Jika tidak, MBG berisiko menjadi proyek besar yang gagal membuktikan dirinya sebagai “mesin ekonomi rakyat”. **
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini