Menlu Rusia: Moskow Tak Berniat Serang Uni Eropa atau NATO, Tapi Siap Balas Jika Diserang
KLIKWARTAKU — Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menegaskan bahwa Moskow tidak memiliki niat untuk menyerang negara-negara anggota Uni Eropa maupun NATO. Namun, ia memperingatkan bahwa setiap bentuk agresi terhadap Rusia akan dibalas dengan “respons tegas”.
Pernyataan itu disampaikan Lavrov dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB pada Sabtu (28/9). Ia menyebut ancaman dari negara-negara Barat terhadap Rusia kini semakin sering terdengar.
“Rusia tidak pernah dan tidak akan memiliki niat untuk menyerang. Namun, jika ada agresi terhadap negara kami, jawabannya akan sangat tegas,” tegas Lavrov.
Selain menyinggung ketegangan di Eropa, Lavrov juga mengkritik keras Israel atas operasi militernya di Gaza. Ia menilai tidak ada pembenaran atas “pembantaian brutal” terhadap warga Palestina maupun rencana aneksasi Tepi Barat. Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 65.000 orang sejak Oktober 2023.
Lavrov juga menyoroti Iran, dengan menuduh Barat menggagalkan diplomasi setelah upaya Rusia dan Tiongkok menunda pemberlakuan sanksi gagal pada Jumat lalu. Ia menyebut sanksi baru terhadap Teheran sebagai langkah “ilegal”.
Di tengah tuduhan pelanggaran wilayah udara oleh pesawat dan drone Rusia di Denmark, Estonia, hingga Polandia, Lavrov menolak keterlibatan Moskow. NATO sendiri menyatakan siap menggunakan semua instrumen militer dan non-militer untuk mempertahankan wilayah anggotanya.
Sementara itu, perang Rusia-Ukraina memasuki tahun ketiga, dengan Moskow meluncurkan salah satu serangan drone terbesar sepanjang konflik pada akhir pekan lalu.
Lavrov juga menyinggung hubungan dengan Amerika Serikat. Ia menilai pemerintahan Joe Biden tidak hanya berupaya mencari solusi realistis bagi krisis Ukraina, tetapi juga masih membuka ruang kerja sama pragmatis dengan Rusia.
Di sisi lain, ia menyindir keputusan negara-negara Barat seperti Inggris dan Prancis yang baru-baru ini mengakui Palestina. Menurut Lavrov, pengakuan itu dilakukan terlalu lama hingga terkesan menunggu kondisi Palestina hancur lebur.***
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini