klikwartaku.com
Beranda Ekonomi Mengenal Raksasa Investasi Dunia Ray Dalio dan Keterlibatannya dalam Danantara

Mengenal Raksasa Investasi Dunia Ray Dalio dan Keterlibatannya dalam Danantara

 

KLIK WARTAKU – Ray Dalio bukan hanya pendiri Bridgewater Associates, hedge fund terbesar di dunia, tetapi juga seorang pemikir ekonomi makro, penulis buku laris, dan filantropis yang berkomitmen pada eksplorasi laut dan kesetaraan sosial.

Dengan kekayaan bersih sekitar $14 miliar per Maret 2025, Dalio telah membentuk lanskap investasi global melalui pendekatan sistematis dan filosofi manajemen yang unik.

Lahir pada 8 Agustus 1949 di Jackson Heights, Queens, New York, Dalio tumbuh di lingkungan kelas menengah.

Ayahnya adalah seorang musisi jazz, sementara ibunya seorang ibu rumah tangga. Sejak usia 12 tahun, Dalio mulai berinvestasi di pasar saham, menggunakan uang hasil menjadi caddy di lapangan golf.

Ia meraih gelar sarjana di bidang keuangan dari Long Island University dan melanjutkan pendidikan ke Harvard Business School, lulus dengan gelar MBA pada 1973.

Pada 1975, Dalio mendirikan Bridgewater Associates dari apartemen dua kamar tidurnya di New York City.

Awalnya berfokus pada konsultasi komoditas, perusahaan ini berkembang menjadi firma investasi makro global yang mengelola aset sekitar $112 miliar.

Bridgewater dikenal dengan strategi investasi inovatif seperti “Pure Alpha” dan “All Weather,” yang menekankan diversifikasi risiko dan alokasi aset berbasis risiko.

Filosofi “Transparansi Radikal”

Dalio memperkenalkan budaya perusahaan yang disebut “transparansi radikal,” di mana semua rapat direkam, dan karyawan didorong untuk memberikan umpan balik terbuka dan jujur.

Pendekatan ini bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang terbuka dan efisien, meskipun tidak lepas dari kontroversi.

Dalio adalah penulis buku “Principles: Life & Work” (2017), yang menjadi buku terlaris versi The New York Times.

Buku ini merinci prinsip-prinsip yang ia gunakan dalam kehidupan pribadi dan profesional. Karya lainnya termasuk “Principles for Navigating Big Debt Crises” (2018) dan “Principles for Dealing with the Changing World Order” (2021), yang membahas dinamika ekonomi global dan siklus kekuasaan.

Melalui Dalio Philanthropies, Dalio telah menyumbangkan lebih dari $1 miliar untuk berbagai tujuan, termasuk pendidikan dan eksplorasi laut.

Pada 2016, ia mendirikan OceanX bersama putranya, Mark Dalio, sebuah inisiatif nirlaba yang menggabungkan eksplorasi laut dengan media untuk meningkatkan kesadaran publik tentang konservasi laut.

Pada Mei 2025, Dalio mengumumkan rencana membuka kantor keluarga di Riyadh, Arab Saudi, untuk mengelola investasi dan kegiatan filantropinya di kawasan tersebut.

Langkah ini sejalan dengan visi Arab Saudi untuk menjadi pusat keuangan global dan menunjukkan minat Dalio terhadap pasar berkembang di Timur Tengah.

Dalio telah menerima berbagai penghargaan sepanjang kariernya, termasuk masuk dalam daftar “100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia” versi TIME pada 2012.

Meskipun telah pensiun dari peran operasional di Bridgewater pada 2022, ia tetap aktif sebagai mentor dan anggota dewan, serta terus berkontribusi dalam diskusi ekonomi global.

Keterlibatan dalam Danantara

Pada Maret 2025, Ray Dalio resmi bergabung sebagai penasihat Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), sovereign wealth fund (SWF) baru milik Indonesia yang ambisius dengan target pengelolaan aset hingga $900 miliar.

Sebagai pendiri Bridgewater Associates, hedge fund terbesar di dunia, Dalio membawa pengalaman puluhan tahun dalam manajemen investasi dan pembentukan SWF di berbagai negara, termasuk Temasek di Singapura dan Public Investment Fund (PIF) di Arab Saudi. Kehadirannya diharapkan dapat memberikan pandangan global dan masukan strategis bagi Danantara dalam mengelola aset negara dan menarik investasi internasional 

Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya nasihat kritis dari Dalio untuk memastikan Danantara berjalan secara optimal.

Dalam pertemuan di Istana Merdeka, Prabowo menyatakan bahwa Dalio berada dalam posisi yang dapat memberikan masukan terbuka dan kritis yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia.

Danantara dirancang untuk mengonsolidasikan perusahaan milik negara (BUMN) dan mengelola investasi strategis di sektor-sektor seperti sumber daya alam, kecerdasan buatan, energi, dan ketahanan pangan.

Dengan target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029, Danantara berambisi menjadi pilar utama pembangunan nasional.

Namun, peluncuran Danantara juga memunculkan kekhawatiran investor terkait transparansi dan potensi campur tangan politik. Pasar saham Indonesia sempat mengalami penurunan hingga 7%, dan nilai tukar rupiah melemah akibat ketidakpastian mengenai struktur tata kelola dan akuntabilitas dana tersebut.

CEO Danantara, Rosan Roeslani, menegaskan bahwa masukan dari Dalio sangat berharga dalam membentuk tata kelola perusahaan yang baik dan manajemen risiko yang efektif.

Danantara berkomitmen untuk menjalankan operasionalnya dengan transparansi setara perusahaan publik, guna menghindari skandal seperti yang terjadi pada 1MDB di Malaysia.

Dalio sendiri menyatakan bahwa keterlibatannya dalam Danantara bukan didorong oleh keuntungan finansial, melainkan oleh keinginan untuk memberikan kontribusi positif bagi Indonesia.

Ia berharap pengalamannya dapat membantu Danantara mencapai tujuan strategisnya dan meningkatkan daya tarik investasi Indonesia di mata dunia.

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan