klikwartaku.com
Beranda Internasional Mengenal Charlie Kirk, Aktivis Konservatif AS Sekutu Trump yang Tewas Ditembak di Usia 31 Tahun

Mengenal Charlie Kirk, Aktivis Konservatif AS Sekutu Trump yang Tewas Ditembak di Usia 31 Tahun

Charlie Kirk, pendiri Turning Point USA dan sekutu dekat Donald Trump, tewas ditembak saat acara kampus di Utah. Foto: Tangkapan layar YouTube BBC News

KLIKWARTAKU — Dunia politik Amerika Serikat kembali berduka. Charlie Kirk (31), salah satu tokoh konservatif paling berpengaruh dan sekutu dekat Presiden Donald Trump, tewas ditembak dalam sebuah acara kampus di Utah pada Rabu 10 September waktu setempat. Polisi menyebut insiden ini sebagai penembakan terencana.

Kabar mengejutkan tersebut pertama kali diumumkan oleh Presiden Trump melalui akun Truth Social. “Sosok hebat, bahkan legendaris, Charlie Kirk telah tiada. Tak ada yang lebih memahami hati pemuda Amerika selain dirinya,” tulis Trump.

Kirk dikenal sebagai pendiri Turning Point USA, organisasi yang ia dirikan sejak usia 18 tahun untuk menyebarkan ideologi konservatif di kampus-kampus yang cenderung liberal. Acara di Utah Valley University, tempat ia ditembak, merupakan pembukaan tur diskusi multi-kampus yang mengundang mahasiswa berdebat langsung dengannya.

Selain aktif di lapangan, Kirk juga memiliki jutaan pengikut lewat media sosial dan podcast hariannya. Topik yang ia bahas kerap kontroversial, mulai dari identitas transgender, perubahan iklim, hingga hak kepemilikan senjata api. Buku karyanya, The Maga Doctrine (2020), menjadi best-seller di kalangan pendukung Trump.

Meski hanya menempuh kuliah di community college dan gagal masuk akademi militer West Point, Kirk menjelma sebagai pembicara publik yang disegani. Ia rutin hadir di forum konservatif, termasuk Oxford Union, dan menjadi wajah gerakan konservatisme muda di AS.

Di balik kiprahnya, Kirk juga dikenal sebagai sosok keluarga dan penganut Kristen evangelis. Ia menikah dengan mantan Miss Arizona dan dikaruniai dua anak.

Namun, pandangannya sering memicu kontroversi, terutama terkait penolakan hak transgender, skeptisisme terhadap Covid-19, serta klaim tidak berdasar soal kecurangan pemilu 2020. Meski begitu, sejumlah tokoh menilai Kirk tetap mendorong debat ide tanpa kekerasan.

William Wolfe, Direktur Center for Baptist Leadership, menulis di X: “Seluruh perjuangannya dibangun untuk menjembatani perbedaan lewat diskusi, bukan kekerasan.”

Tragedi kematian Charlie Kirk kini menambah daftar panjang kekerasan politik di Amerika, sekaligus meninggalkan tanda tanya besar tentang masa depan gerakan konservatif muda yang ia bangun.***

Kunjungi Medsos Klikwartaku.com

Klik di sini
Bagikan:

Iklan