Menemukan Permata Wisata Ramah Lingkungan di Kalimantan Barat
KLIKWARTAKU – Kalimantan Barat kembali menunjukkan pesonanya yang tak pernah habis. Tak hanya dikenal dengan budaya dan kuliner khas yang menggoda, kini Kalbar mulai mencuri perhatian lewat geliat eco-tourism atau wisata ramah lingkungan yang kian digemari para pelancong. Salah satu destinasi yang tengah naik daun adalah kawasan hutan mangrove dan sejumlah spot wisata alam berkelanjutan yang tersebar di berbagai penjuru provinsi ini.
Belakangan, wisata berbasis pelestarian alam mulai dilirik generasi muda yang haus akan petualangan sekaligus peduli terhadap lingkungan. Di Kabupaten Mempawah, misalnya, hutan mangrove Sungai Bakau Kecil Laut menjadi salah satu magnet wisata baru yang menawarkan keindahan alam sekaligus edukasi konservasi. Pengunjung bisa berjalan menyusuri jembatan kayu di tengah rimbunnya hutan bakau, menikmati kicauan burung liar, hingga belajar soal pentingnya menjaga ekosistem pesisir.
“Awalnya kami hanya ingin melihat mangrove, tapi ternyata tempat ini juga menyuguhkan ketenangan dan pengalaman yang berbeda. Rasanya jauh dari hiruk-pikuk kota,” ujar Rara (26), seorang traveler asal Pontianak yang mengunjungi kawasan tersebut akhir pekan lalu.
Tak jauh dari situ, potensi serupa juga mulai dikembangkan di kawasan pesisir Kabupaten Kubu Raya dan Ketapang. Pemerintah daerah bekerja sama dengan komunitas lokal mulai menggagas program wisata berkelanjutan yang melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama. Mulai dari pemandu lokal, pengrajin suvenir ramah lingkungan, hingga penyedia homestay berbasis kearifan lokal.
Konsep ini bukan sekadar tren. Eco-tourism menawarkan win-win solution: pelestarian lingkungan tetap terjaga, ekonomi masyarakat sekitar ikut terangkat, dan wisatawan mendapatkan pengalaman autentik yang sulit ditemukan di tempat lain.
Menurut Dinas Pariwisata Kalimantan Barat, pendekatan wisata berkelanjutan ini menjadi salah satu strategi dalam menghadapi tantangan pariwisata pasca pandemi. “Kami tidak ingin sekadar mengejar jumlah wisatawan, tapi lebih pada kualitas dan dampak jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat,” jelas Kepala Dinas Pariwisata Kalbar, Yuliana Mahmud.
Selain mangrove, kawasan perbukitan dan hutan tropis seperti di Bukit Kelam (Sintang) serta Danau Sentarum (Kapuas Hulu) juga menjadi bagian dari jaringan destinasi ramah lingkungan yang siap dikembangkan lebih serius. Pemerintah bahkan tengah mendorong sertifikasi green tourism bagi pengelola destinasi dan pelaku industri wisata di Kalbar.
Dari sudut pandang wisatawan, inisiatif ini memberi angin segar. Bukan hanya untuk healing, tapi juga untuk menyatu dengan alam tanpa merusaknya.
“Kalbar punya potensi luar biasa. Sekarang tinggal bagaimana kita menjaga dan mengelolanya dengan bijak,” ujar Andi, pegiat komunitas lingkungan yang rutin mengadakan eco-trip bersama pemuda lokal.
Di tengah isu perubahan iklim dan krisis lingkungan global, Kalimantan Barat perlahan menunjukkan bahwa wisata tidak harus merusak. Justru, dari tanah Borneo inilah, harapan akan pariwisata yang selaras dengan alam kembali menyala.
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage