Mediator Intensifkan Upaya Gencatan Senjata di Gaza
KLIKWARTAKU – Seorang pejabat senior Hamas mengatakan bahwa para mediator tengah meningkatkan upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata baru dan pembebasan sandera di Gaza. Namun, perundingan dengan Israel masih berjalan di tempat.
Pernyataan ini muncul ketika Presiden AS Donald Trump menyatakan telah terjadi kemajuan besar sejak berakhirnya perang 12 hari antara Israel dan Iran pada Selasa lalu. Trump menyebut utusannya, Steve Witkoff, menilai kesepakatan antara Israel dan Hamas sangat dekat untuk tercapai.
Sementara itu, serangan Israel di seluruh Gaza pada Rabu menewaskan sedikitnya 45 warga Palestina, termasuk beberapa orang yang sedang mengantre bantuan, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.
Di sisi lain, militer Israel mengumumkan bahwa tujuh tentaranya tewas dalam serangan bom pada Selasa yang diklaim dilakukan oleh Hamas.
“Saya rasa telah terjadi kemajuan besar di Gaza, terutama karena serangan kami terhadap Iran,” ujar Trump, merujuk pada serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu.
“Saya rasa kita akan segera mendengar kabar baik. Steve [Witkoff] bilang Gaza sudah sangat dekat (dengan kesepakatan),” timpalnya lagi.
Tak lama setelah pernyataan Trump, pejabat senior Hamas mengatakan para mediator sedang melakukan kontak intensif untuk mencapai gencatan senjata. Namun, ia menambahkan belum ada proposal baru yang diterima kelompok tersebut. Seorang pejabat Israel juga mengatakan tidak ada kemajuan dalam perundingan dan masih terdapat perbedaan besar yang belum terselesaikan.
Kebuntuan dan Tekanan Kemanusiaan
Upaya perundingan oleh AS, Qatar, dan Mesir terakhir kali terhenti pada akhir Mei, ketika Hamas disebut meminta perubahan signifikan yang dianggap tidak dapat diterima atas proposal gencatan senjata 60 hari yang didukung AS dan Israel. Dalam rencana itu, setengah dari sandera Israel yang masih hidup dan setengah dari jenazah sandera akan dibebaskan selama masa gencatan.
Israel melanjutkan operasi militernya di Gaza pada 18 Maret, mengakhiri gencatan senjata dua bulan. Israel mengatakan bahwa langkah itu untuk memberikan tekanan pada Hamas agar membebaskan sandera, sekitar 50 sandera masih ditahan, dengan setidaknya 20 orang diyakini masih hidup.
Israel juga memberlakukan blokade total bantuan kemanusiaan ke Gaza pada awal Maret, yang baru dilonggarkan sebagian setelah 11 minggu karena tekanan dari sekutu AS dan peringatan para pakar global bahwa setengah juta warga menghadapi kelaparan.
Sebagai bagian dari strategi baru, Israel dan AS mendukung pembentukan mekanisme distribusi bantuan yang baru lewat Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang bertujuan menggantikan peran utama PBB dan mencegah bantuan jatuh ke tangan Hamas, klaim yang dibantah oleh kelompok tersebut.
Menurut GHF, yang menggunakan kontraktor keamanan swasta asal AS, mereka telah membagikan lebih dari 44 juta paket makanan sejak mulai beroperasi pada 26 Mei, dengan lebih dari 2,4 juta dibagikan di tiga lokasi pada Rabu.
Namun, PBB dan sejumlah organisasi bantuan menolak bekerja sama dengan GHF, menuduh lembaga tersebut berkolaborasi dengan tujuan militer Israel dan melanggar prinsip-prinsip dasar kemanusiaan. Mereka juga menyatakan keprihatinan atas laporan harian mengenai warga Palestina yang tewas di sekitar lokasi distribusi GHF, yang terletak di zona militer Israel.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 549 orang tewas dan 4.000 lainnya terluka sejak GHF mulai membagikan bantuan. Pada Rabu pagi, juru bicara Pertahanan Sipil Hamas mengatakan enam orang tewas ketika pasukan Israel menembaki kerumunan warga di dekat pusat distribusi makanan GHF di Gaza Tengah. Tiga lainnya tewas di lokasi GHF di kota Rafah, Gaza Selatan.
Namun, militer Israel mengatakan tidak mengetahui adanya korban di wilayah-wilayah tersebut, sementara GHF menyatakan laporan tersebut tidak benar. Di Kota Gaza, sejumlah pemakaman digelar untuk 33 orang yang dilaporkan tewas saat mengantre bantuan.
“Saya katakan dan ulangi sejuta kali,” kata warga Abu Mohammed. “Titik-titik bantuan ini bukan tempat hidup, tapi titik-titik kematian.”
Juru bicara UNICEF, James Elder, yang baru saja mengunjungi Gaza, menyatakan: “Selama penduduk tidak diberikan makanan yang layak, mereka dihadapkan pada pilihan mematikan di zona konflik. Dan situasi ini tidak akan membaik.”***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage