Mantan Ajudan Politisi Sayap Kanan Jerman Divonis Penjara karena Spionase untuk China
KLIKWARTAKU — Seorang mantan ajudan politisi sayap kanan Jerman, Jian Guo, dijatuhi hukuman empat tahun sembilan bulan penjara oleh pengadilan di Dresden setelah terbukti melakukan spionase untuk China.
Guo sebelumnya bekerja selama lima tahun di Brussels untuk Maximilian Krah, anggota Parlemen Eropa dari Partai Alternatif untuk Jerman (AfD), yang kini duduk di parlemen Jerman (Bundestag). Jaksa menuduh Guo telah memberikan dokumen rahasia dan mengumpulkan informasi untuk pihak berwenang China.
Tuduhan Lama Sejak 2002
Menurut jaksa, Jian Guo diduga sudah bekerja untuk intelijen China sejak 2002. Ia juga dituduh memata-matai kelompok oposisi dan dissiden asal China yang tinggal di Jerman. Meski demikian, Guo bersikeras bahwa dirinya tidak pernah bekerja untuk badan intelijen manapun dan menyatakan “Saya tidak bersalah” dalam pernyataan akhirnya di persidangan.
Selain itu, Guo juga diduga menjadi penghubung bagi seorang warga negara China, Yaqi X, yang bekerja di sebuah perusahaan logistik di Bandara Leipzig. Yaqi divonis hukuman percobaan setelah mengaku memberikan data terkait kargo, penerbangan, dan penumpang, meski ia membantah mengetahui adanya aktivitas spionase.
Dampak pada Karier Politik AfD
Menanggapi vonis mantan asistennya, Krah mengatakan kepada kantor berita DPA bahwa ia langsung meningkatkan keamanan kantornya begitu kasus ini terungkap. Namun, reputasinya juga ikut terseret.
Awal tahun ini, Krah mengundurkan diri dari kursinya di Parlemen Eropa setelah terpilih sebagai anggota Bundestag. Ia kini juga tengah diselidiki oleh Kejaksaan Dresden atas dugaan pencucian uang dan korupsi selama menjabat di Parlemen Eropa. Krah menyebut tuduhan tersebut sebagai “absurd dan bermotif politik”.
Kekhawatiran Eropa Meningkat
Kasus Jian Guo menambah panjang daftar kekhawatiran Uni Eropa terhadap meningkatnya aktivitas mata-mata China di kawasan. Beberapa negara Eropa sebelumnya juga melaporkan adanya operasi intelijen Beijing yang menargetkan politisi, akademisi, hingga kelompok oposisi diaspora.***
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini