Kwee Bok Kwie Tokoh Pers Nasional Indonesia dari Kalimantan Barat
Dalam lintasan sejarah pers Indonesia, tercatat surat kabar yang terbit di Jakarta dan memiliki pengaruh cukup luas, adalah Sin Po. Diantara redaksi dari media terkemuka ini terdapat nama Kwee Bok Kwie.
Tak banyak yang tahu, Kwee Bok Kwie alias KBK adalah putera Kalimantan Barat kelahiran Sambas. Dia merupakan anak angkat seorang guru terkemuka di Pontianak yang berasal dari Sumatera Barat, Engku Marah Sutan.
Penugasan yang sering berpindah tempat, pasangan guru Engku Marah Sutan dan istrinya Chalijah, mengambil anak angkat di hampir semua tempat mereka menetap dalam bertugas. Begitupun ketika ditugaskan di Sambas Kalimantan Barat.
Kwee adalah seorang anak Tionghoa kurang mampu. Namun dia memiliki kecakapan dan kecerdasan melebihi anak lain seusianya. Engku Marah Sutan tertarik dengan kepintaran anak kecil ini dan menjadikannya sebagai anak angkat.
Kwee semula akan dikirim sang ayah angkat untuk sekolah ke Sekolah Raja di Bukittinggi, namun Engku Marah Sutan memasuki pensiun, maka anak kesayangannya ini dikirimnya ke Batavia untuk menempa ilmu di sana.
Oleh beberapa kolega Engku Marah Sutan, seperti Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara, secara tak langsung menjadikan Kwee Bok Kwie sebagai seorang anak muda yang berjiwa nasionalis.
Tak khayal, menjadilah sang pemuda Kwee Bok Kwie kelahiran Sambas sekitar tahun 1899 itu sebagai kader Nationaal Indische Partij di Batavia dan alih-alih menyerap aspirasi perjuangan bangsa Indonesia menyalurkannya lewat media massa Sin Po yang terbit di Jakarta. Di koran ini pula kelaknya Kwee berkenalan dengan WR Soepratman yang juga redaksi di koran ini yang dikenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Meski tak banyak diketahui, namun keprofesionalan dan kecintaan Kwee Bok Kwie pada tanahairnya, menjadikan dia seorang jurnalis periode pra Indonesia merdeka. Bahkan, Kwee yang hingga akhir hayatnya menetap di Jakarta, adalah putera Kalimantan Barat bersama Ya’ M Sabran yang ikut hadir dalam Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928, yang melahirkan ikrar Sumpah Pemuda.
Kini, Kwee Bok Kwie telah tiada, dan koran Sin Po pun telah lama hilang dari peredaran. Namun dokumen sejarah mengingatkan, andilnya dalam menyuarakan perjuangan bangsa Indonesia tidaklah singkat dan bukan sederhana. Bisa dikatakan, Kwee Bok Kwie adalah jurnalis era Perintis Kemerdekaan dan kemudian sebagai wartawan pembela kemerdekaan Indonesia.
Ditulis Oleh : Syafaruddin Dg Usman, peminat kajian sejarah kontemporer Kalimantan Barat
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini