Kuil Kerajaan Era Joseon Kembali ke Korea Setelah 100 Tahun di Jepang
KLIKWARTAKU – Sebuah bangunan yang diyakini sebagai kuil kerajaan dari Dinasti Joseon (1392–1910) telah kembali ke Korea, sekitar 100 tahun setelah dibawa ke Jepang.
Korea Heritage Service (KHS) bersama Overseas Korean Cultural Heritage Foundation mengumumkan pada Selasa bahwa mereka telah menerima bagian-bagian struktur bangunan yang dikenal sebagai Gwanwoldang, berdasarkan kesepakatan yang dicapai sehari sebelumnya dengan Kuil Buddha Kotoku-in di Kamakura, Jepang.
Pemulangan ini dimungkinkan berkat keputusan Takao Sato, kepala biksu kuil tersebut, yang menyatakan bahwa kuil itu seharusnya dilestarikan di tempat asalnya, yaitu Korea.
Ini menandai pertama kalinya seluruh bangunan Korea yang berada di luar negeri berhasil direpatriasi. Sebelumnya, pada tahun 1995, 110 ton sisa-sisa Aula Jaseondang di Istana Gyeongbok yang ditemukan di jalur taman Hotel Okura di Tokyo telah dikembalikan, namun hanya berupa komponen batu seperti alas bangunan dan batu pojok.
Gwanwoldang adalah struktur kayu tradisional selebar tiga ruang, dengan gaya arsitektur dan elemen dekoratif khas kuil kerajaan akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19 di era Joseon. Genteng atapnya dihiasi pola simbolik seperti naga, jaring laba-laba, dan kelelawar, yang umum digunakan pada bangunan kerajaan.
Para ahli memperkirakan bangunan ini kemungkinan digunakan oleh pangeran agung atau anggota keluarga kerajaan lainnya. Analisis struktur mengungkapkan bahwa terdapat beberapa modifikasi yang dilakukan setelah bangunan tersebut dipindahkan ke Jepang.
Menurut para akademisi Korea, kuil ini awalnya dipindahkan pada tahun 1924 kepada Kisei Sugino, presiden pertama Yamaichi Securities, oleh Joseon Siksan Bank, sebuah lembaga keuangan yang didirikan selama masa pendudukan Jepang (1910–1945). Sugino kemudian menyumbangkannya ke Kotoku-in pada 1930-an, dan kuil tersebut diyakini digunakan sebagai aula doa.
Komponen bangunan yang telah dibongkar kini disimpan di Korea Foundation for Traditional Architecture and Technology di kota Paju, utara Seoul. Para ahli Korea akan memulai proses restorasi serta penelitian lanjutan untuk mengungkap nama asli, lokasi awal, dan tokoh-tokoh sejarah yang dihormati melalui kuil tersebut, menurut pejabat terkait.
Tak hanya menginisiasi pengembalian, Takao Sato juga secara pribadi menanggung biaya pembongkaran dan pengiriman komponen bangunan ke Korea. Lebih jauh, kuil Jepang tersebut juga menyatakan niat untuk membentuk dana khusus dan menyumbangkannya ke Overseas Korean Cultural Heritage Foundation, sebagai bentuk komitmen kerja sama lanjutan dalam penelitian warisan budaya antara Korea dan Jepang.
“Saya berharap, sambil mengenang nilai sejarah dan makna yang dimilikinya selama 100 tahun di Kotoku-in, Gwanwoldang akan menemukan kembali nilainya di tempat yang layak di Korea,” kata Sato.
Choi Eung-chon, kepala KHS, menyatakan: “Ini adalah contoh nyata dari nilai saling menghormati dan empati yang terwujud melalui warisan budaya. Kami berharap hal ini menjadi simbol solidaritas budaya dan kerja sama masa depan antara Korea dan Jepang.”***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage