Kota Tua Dubai Buktikan Bisa Tetap Sejuk Tanpa AC, Inilah Rahasianya
KLIKWARTAKU — Di tengah panas ekstrem yang mencapai 51°C, ada satu tempat di Dubai yang tetap sejuk meski tanpa pendingin ruangan: Al Fahidi Historical Neighbourhood, kawasan tua yang dibangun sejak abad ke-18. Bukan sihir, tetapi warisan arsitektur cerdas yang kini kembali dipelajari di era perubahan iklim.
Masuk ke gang-gang sempit Al Fahidi seperti melangkah ke dunia lain—yang lebih teduh, damai, dan penuh angin sepoi. Menara angin (barjeel) menjulang tinggi, menangkap angin dari atas dan menyalurkannya ke dalam rumah, sementara lorong-lorong sempit (sikkas) dan jendela mashrabiya mengatur cahaya dan sirkulasi udara alami.
“Emirati zaman dulu membangun rumah yang tahan gurun tanpa teknologi modern,” jelas Noor Ahmed, pemandu lokal. “Barjeel bukan sekadar estetika, tapi solusi iklim cerdas,” tambahnya.
Arsitektur Tradisional, Solusi Masa Depan
Kawasan Al Fahidi bukan hanya monumen sejarah, tapi kini menjadi rujukan global. Perancang kota modern mencontoh teknik pasif yang digunakan penduduk asli Dubai, seperti:
Barjeel: Menara angin yang menyalurkan angin segar dari atas dan membuang udara panas keluar.
Mashrabiya: Layar berlubang yang menyaring cahaya dan udara, menjaga kesejukan ruangan.
Courtyard (halaman dalam): Ruang terbuka di tengah rumah yang berfungsi sebagai pengatur suhu alami.
Dinding tebal berwarna terang: Memantulkan cahaya dan panas, mengurangi suhu di dalam ruangan.
Dampaknya Menjadi Global
Desain pasif ini telah menginspirasi berbagai bangunan modern, mulai dari Masdar City di Abu Dhabi, yang mengurangi konsumsi energi hingga 38 persen, hingga Al Bahr Towers yang dilengkapi mashrabiya otomatis. Bahkan di luar Timur Tengah, teknik ini diterapkan di Rumah Windcatcher di Utah, AS dan Optical Glass House di Jepang.
“Teknik ini bisa direplikasi di mana saja, asalkan disesuaikan dengan kondisi lokal,” kata Sherihan Alshahed, pakar komunitas urban berkelanjutan.
Arsitektur Masa Depan adalah Masa Lalu
Bangunan seperti Madinat Jumeirah dan Masjid Hijau Khalifa Al Tjer di Dubai kini memadukan desain klasik dengan efisiensi modern. Mereka membuktikan bahwa kembali ke prinsip arsitektur lokal bukanlah kemunduran, tetapi lompatan menuju masa depan yang lebih sejuk dan berkelanjutan.
“Dulu kita bertahan hidup dari gurun tanpa listrik. Kini saatnya belajar dari masa lalu untuk menghadapi krisis iklim,” kata Ahmed Al-Jafflah, juru bicara pusat kebudayaan Dubai.
Old Dubai bukan sekadar destinasi wisata sejarah — ia adalah laboratorium hidup untuk dunia menghadapi masa depan yang makin panas.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage