klikwartaku.com
Beranda Internasional Konflik Berdarah di Wilayah Minyak: Kordofan Jadi Medan Perang Baru di Sudan

Konflik Berdarah di Wilayah Minyak: Kordofan Jadi Medan Perang Baru di Sudan

Kawasan kaya minyak di Kordofan, Sudan, kini menjadi pusat konflik sengit antara militer dan pasukan paramiliter RSF. Foto: Tangkapan layer YouTube TIMES NOW

KLIKWARTAKU — Konflik internal Sudan yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun kini berfokus di wilayah Kordofan, kawasan kaya minyak yang terletak di bagian tengah-barat negara tersebut.

Pertempuran antara militer Sudan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) semakin memanas di wilayah strategis ini, yang mencakup tiga negara bagian dan dihuni oleh hampir delapan juta orang.

Pertempuran ini menjadi sangat penting karena siapa pun yang menguasai Kordofan diyakini akan mengontrol sebagian besar pasokan minyak Sudan. Selain itu, wilayah ini juga menjadi jalur utama aliran minyak bagi Sudan Selatan, negara tetangga yang tidak memiliki garis pantai.

Menurut analis kebijakan risiko dari Oasis Policy Advisory, Amir Amin, Kordofan bukan hanya pusat energi, tapi juga kunci geopolitik yang bisa menentukan arah perang. “Siapa pun yang menguasai Kordofan, pada dasarnya menguasai jantung Sudan,” jelasnya.

Setelah sebelumnya kehilangan wilayah strategis seperti ibu kota Khartoum dan negara bagian pertanian Gezira, militer Sudan yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah al-Burhan berupaya merebut kembali Kordofan dari tangan RSF.

Namun, pertempuran ini bukan hanya soal kekuasaan, melainkan juga menyangkut identitas dan komunitas lokal. Banyak anggota RSF berasal dari etnis Misseriya yang mendiami Kordofan Barat. Sehingga mereka bertempur bukan hanya demi kelompok, tapi juga untuk membela tanah kelahiran mereka.

Serangan udara yang dilancarkan oleh militer Sudan ke kota el-Fula dan Abu Zabad awal Juli lalu menewaskan puluhan warga sipil. Laporan dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebutkan bahwa sebuah sekolah yang menampung pengungsi juga turut menjadi sasaran.

Tak tinggal diam, RSF mengancam akan menyerang wilayah Heglig (penghasil minyak utama di Kordofan Selatan) jika serangan udara tidak dihentikan. “Jika pesawat militer kembali dan membombardir warga, kami akan menyerang Heglig dan menghentikan produksi minyak,” ancam Youssef Awadallah Aliyan dari pemerintahan sipil RSF di Kordofan Barat.

Sementara itu, tuduhan pelanggaran HAM juga diarahkan ke RSF. UNICEF melaporkan lebih dari 450 warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan hamil, tewas dalam serangan brutal di wilayah Kordofan Utara. Beberapa korban bahkan ditemukan hangus terbakar di dalam rumah mereka, seperti dilaporkan oleh kelompok HAM Emergency Lawyers.

Kekhawatiran kini mengarah pada kemungkinan penyerangan terhadap ibu kota negara bagian Kordofan Utara, el-Obeid, yang dikabarkan menjadi target serangan besar-besaran RSF. Kota Umm Sumaima, yang berada di jalur strategis menuju el-Obeid, telah berpindah tangan beberapa kali dalam beberapa pekan terakhir.

“Pertempuran ini akan menjadi titik balik besar. Mungkin tidak langsung menentukan pemenang perang, tapi akan sangat menentukan arah konflik,” pungkas Amir Amin.

Dengan medan tempur seluas lebih dari 390.000 kilometer persegi dan nilai strategis yang sangat tinggi, pertempuran di Kordofan diprediksi akan berlangsung panjang dan berdarah.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan