Khawatir Keamanan di Cape Town Paksa Orang Tua Sekolahkan Anak ke Bekas Sekolah Khusus Kulit Putih
KLIKWARTAKU – Kekhawatiran terhadap kejahatan dan kekerasan geng di wilayah kumuh (township) yang terkenal di pinggiran Cape Town, Afrika Selatan, telah memaksa sebagian orang tua mengambil keputusan sulit. Mereka terpaksa menyekolahkan anak-anaknya ke bekas sekolah khusus kulit putih yang berjarak puluhan kilometer dari rumah.
“Preman masuk ke sekolah sambil membawa senjata api, mengancam guru, dan secara paksa mengambil laptop mereka di depan para murid,” ujar Sibahle Mbasana, menceritakan kondisi sekolah anak-anaknya dulu di Khayelitsha, township terbesar di Cape Town.
“Bayangkan anak Anda mengalami hal seperti itu secara rutin. Keamanan di sekolah sangat minim dan sekalipun ada, mereka tak berdaya melakukan apa pun,” tambahnya.
Lebih dari tiga dekade telah berlalu sejak berakhirnya sistem apartheid di Afrika Selatan. Tetapi ketimpangan yang diwariskan sistem rasis itu masih sangat terasa, terutama di bidang pendidikan. Ibu tiga anak ini merasa bahwa ketiganya terutama anak sulungnya, Lifalethu, yang bersekolah di township dari usia 6 hingga 10 tahun adalah korban dari warisan sistem tersebut.
Undang-undang Pendidikan Bantu tahun 1953 yang diberlakukan semasa apartheid sengaja dirancang untuk membatasi potensi anak-anak kulit hitam. Akibatnya, sekolah-sekolah di kawasan miskin kekurangan pendanaan, fasilitas, dan sumber daya. Masalah yang masih diwarisi hingga kini, termasuk kondisi kelas yang terlalu padat dan maraknya kejahatan serta penggunaan narkoba.
Mbasana, yang tumbuh di Provinsi Eastern Cape dan pindah ke Khayelitsha saat berusia 18 tahun, akhirnya memindahkan Lifalethu (12), Anele (11), dan Buhle (7) ke sekolah negeri di Simon’s Town, sekitar 40 km dari rumah mereka. Sekolah itu memiliki fasilitas lebih baik dan ukuran kelas yang lebih kecil.
“Saya bilang pada diri sendiri, Buhle tidak akan sekolah di tempat yang sama seperti kedua kakaknya,” kata desainer pakaian berusia 34 tahun ini, seraya menambahkan dia dan suaminya sangat ingin pindah dari Khayelitsha. Namun sayangnya belum mampu secara finansial. “Semua orang di township akan bilang bahwa mereka ingin pindah jika ada kesempatan,” ungkapnya.
Beberapa sekolah di township memang berhasil mencetak prestasi luar biasa meski di tengah keterbatasan. Tapi, faktor keamanan masih menjadi penghalang utama. Misalnya, guru di Sekolah Dasar Zanemfundo di Philippi East dilaporkan dipaksa membayar uang keamanan sebesar 10 persen dari gaji mereka kepada geng kriminal.
“Ini tidak aman sama sekali. Kami dalam bahaya besar,” ujar seorang guru kepada media local setempat. “Geng-geng itu datang sambil menodongkan senjata. Banyak guru minta dipindah karena merasa nyawanya terancam,” timpalnya lagi.
Pihak Dinas Pendidikan Western Cape menyebutkan bahwa kini sekolah itu dijaga oleh perusahaan keamanan swasta dan patroli polisi telah ditingkatkan. Namun, insiden serupa juga terjadi di lima sekolah lainnya di kawasan sekitar seperti Nyanga, Philippi, dan Samora Machel. “Suami saya, Sipho, bekerja di angkatan laut di Simon’s Town, jadi saya pikir akan lebih aman dan nyaman jika anak-anak sekolah di sana,” ungkap Mbasana.
Namun, perjalanan jauh yang harus ditempuh anak-anak setiap hari juga membawa risiko. Mereka bangun pukul 04.30 pagi dan meninggalkan rumah pukul 05.30, baik diantar oleh ayah mereka atau menggunakan bus jika Sipho sedang bertugas di tempat lain. Mereka baru pulang sekitar pukul 16.30 sore. “Mereka selalu kelelahan dan ingin tidur. Mereka tetap mengerjakan PR, tapi mereka tidur lebih awal dari anak-anak lain,” kata Mbasana.
Lifalethu sempat menjadi berita nasional tahun lalu saat ia terpaksa berjalan kaki pulang dari Simon’s Town ke Khayelitsha (jarak puluhan kilometer), karena kehilangan tiket bus dan tidak diizinkan naik oleh sopir. Untungnya, ia ditemukan dengan selamat setelah bantuan seorang warga dan polisi.
Kasus ini menyoroti ribuan anak dari township yang setiap hari menempuh perjalanan hingga 80 km demi mengenyam pendidikan di sekolah pinggiran kota yang dulunya hanya terbuka untuk anak-anak kulit putih.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage