klikwartaku.com
Beranda Internasional Kesepakatan Tarif UE-AS Belum Final, Negara Eropa Keberatan dengan Syarat Trump

Kesepakatan Tarif UE-AS Belum Final, Negara Eropa Keberatan dengan Syarat Trump

Di balik senyum diplomatik antara Presiden AS Donald Trump dan Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen, banyak negara Eropa justru menyatakan ketidakpuasan atas isi dan dampak kesepakatan dagang UE-AS. Foto: Tangkapan layer YouTube Hindustan Times

KLIKWARTAKU — Kesepakatan dagang antara Uni Eropa dan Amerika Serikat yang diumumkan akhir pekan lalu tampak seperti langkah maju untuk meredakan ketegangan perdagangan. Namun, di balik senyum diplomatik antara Presiden AS Donald Trump dan Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen, banyak negara Eropa justru menyatakan ketidakpuasan atas isi dan dampak kesepakatan tersebut.

Meskipun kesepakatan ini berhasil menghindari tarif ancaman sebesar 30 persen, tarif baru sebesar 15 persen tetap dianggap sebagai beban berat—jauh lebih tinggi dibandingkan tarif rata-rata sebelumnya sebesar 4,8 persen. Beberapa negara seperti Jerman, Irlandia, dan Italia diprediksi akan terdampak paling besar, terutama dalam sektor otomotif, farmasi, dan pertanian.

Perbedaan Interpretasi antara AS dan UE

Salah satu sumber kekhawatiran utama adalah tidak sinkronnya pernyataan antara Washington dan Brussels. Sementara Gedung Putih mengklaim bahwa kesepakatan ini mencakup “reformasi struktural bersejarah”, Komisi Eropa justru menyebutnya sebagai “komitmen politik non-mengikat.”

Perbedaan lainnya mencakup tarif sektor tertentu. AS menyatakan farmasi dan semikonduktor akan dikenai tarif 15 persen, namun UE menyebut kedua sektor itu tetap berada pada tarif 0 persen hingga kesepakatan global baru tercapai.

Tarik ulur juga terjadi pada tarif baja dan aluminium, yang masih bertahan di angka 50 persen menurut AS, sementara UE berharap akan digantikan sistem kuota.

Trump juga menyebutkan bahwa UE akan membeli produk energi AS senilai $750 miliar, termasuk LNG dan nuklir. Namun, pihak UE hanya menyatakan “berniat” melakukannya dan menegaskan tidak dapat memaksakan keputusan pembelian oleh sektor swasta.

Reaksi dan Kritik Pemimpin Eropa

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut kesepakatan ini dengan penuh kewaspadaan. Ia menyebutnya sebagai “langkah awal” dan menekankan bahwa Eropa harus bersikap lebih tegas terhadap AS. “Untuk bisa merdeka, kita harus ditakuti. Dan kita belum cukup menakutkan,” tegas Macron.

Menteri Keuangan Jerman Lars Klingbeil juga menyatakan kekecewaan, namun mengakui bahwa setidaknya kesepakatan ini menghindari eskalasi lebih lanjut. “Saya mengharapkan hasil yang berbeda,” katanya.

Negara-Negara yang Paling Terdampak

Di antara negara-negara anggota UE, Irlandia termasuk yang paling tergantung pada pasar AS, terutama dalam ekspor produk farmasi senilai $50 miliar per tahun. Jerman juga berada di garis depan dengan industri otomotifnya yang mengandalkan pasar AS untuk 13 persen ekspor mereka.

Italia, selain industri mobil dan farmasi, akan melihat dampak signifikan di sektor pertanian dan kemungkinan penurunan PDB sebesar 0,2 persen.

Cristiano Fini dari Konfederasi Petani Italia menyebut kesepakatan ini lebih seperti “penyerahan” daripada sebuah kemenangan diplomatik. Beberapa asosiasi dagang di Italia bahkan mulai mendesak kompensasi dari Komisi Eropa.

Namun, para analis memperingatkan agar UE tidak terburu-buru memberikan subsidi kepada eksportir. “Jika UE harus menanggung beban tarif ini, maka itu berarti warga Eropa yang membayar harga kebijakan Trump,” ujar Cinzia Alcidi dari Centre for European Policy Studies di Brussels.

Negosiasi Masih Panjang

Sejauh ini, belum ada pernyataan bersama resmi dari kedua pihak. Komisi Eropa mengonfirmasi bahwa pembicaraan masih berlangsung dan banyak detail penting yang harus dirundingkan lebih lanjut. Dengan meningkatnya tekanan domestik, para negosiator Eropa diperkirakan akan bersikap lebih keras dalam perundingan tahap berikutnya.

Kesepakatan ini mungkin telah menghindari krisis jangka pendek, tetapi belum menyelesaikan masalah jangka panjang dalam hubungan perdagangan transatlantik yang kini tengah diuji oleh kebijakan proteksionisme Washington.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan