Kerja dari Rumah Bikin Rajin atau Malas? Ini Jawaban Riset Terbaru
KLIK WARTAKU – Perdebatan antara kerja dari kantor dan kerja dari rumah kembali menjadi sorotan setelah berbagai studi dan kebijakan perusahaan global memperlihatkan hasil yang beragam.
Beberapa perusahaan besar, seperti JPMorgan Chase, Amazon, Dell, dan TikTok, kini menerapkan kebijakan “return-to-office” penuh 5 hari kerja per minggu, dengan dalih meningkatkan kolaborasi, produktivitas, dan budaya perusahaan. Namun kebijakan ini kerap menuai kritik dari kalangan karyawan yang merasa fleksibilitas adalah kunci produktivitas dan kesejahteraan.
Salah satu studi di sektor publik AS (oleh George Washington University dan LSE) menunjukkan bahwa pegawai yang bekerja dari rumah secara acak menangani 12 % lebih banyak pekerjaan dalam satu hari tanpa menurunkan kualitas kerja. Ini menunjukkan bahwa, dengan manajemen yang baik, remote work dapat memberikan peningkatan efisiensi signifikan.
Di sisi lain, penelitian MIT & UCLA pada pekerja entri data di India menemukan penurunan produktivitas sebesar 18 % ketika dibandingkan dengan kerja di kantor. Ini menunjukkan bahwa produktivitas remote sangat bergantung pada jenis pekerjaan dan konteks pelaksanaannya.
Sementara itu, hasil studi Stanford oleh Nicholas Bloom terhadap 1.600 pekerja di Trip.com menunjukkan bahwa model hybrid (dua hari remote/minggu) tidak mengorbankan kinerja, mendorong jenjang karier, dan mengurangi tingkat resign hingga 33 %.
Hal ini didukung pula oleh laporan Prodoscore yang menyatakan produktivitas hybrid menyalip remote-only, dan sebanding dengan kerja full-time di kantor.
Laporan TravelPerk 2025 menyebut 62 % pekerja merasa lebih produktif saat bekerja dari rumah, sebagian besar menyukai fleksibilitas dan minim gangguan; namun 44 % manajer berpikir kinerja karyawan remote sama atau lebih rendah dibandingkan di kantor.
Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, survei Microsoft menunjukkan 78 % pekerja merindukan tatap muka, sementara riset Cisco dan Accenture menyoroti manfaat kesehatan mental, kesejahteraan keluarga, dan motivasi tinggi dalam model hybrid.
Namun, ekses remote juga muncul—Microsoft menemukan tren “infinite workday”: 40 % karyawan mengecek email sejak jam 6 pagi, sering kali bekerja malam dan akhir pekan, menyebabkan stres dan penurunan inovasi. Risiko lain seperti kesenjangan karier dan pembelajaran bagi pegawai muda juga disorot dalam studi Yarooms dan IMF .
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage