Kemenperin Gandeng Kampus Rancang Model Bisnis Hijau Berbasis Budaya
KLIK WARTAKU – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mulai memperluas peta jalan industri kecil dan menengah (IKM) dengan pendekatan yang tak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga keberlanjutan lingkungan dan pelestarian budaya.
Langkah ini ditandai dengan kerja sama strategis antara Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Kedua pihak tengah menggarap penelitian bertajuk “Perancangan Model Bisnis Berlandaskan Prinsip Keberlanjutan dan Budaya Lokal”, yang diyakini akan menjadi panduan praktis bagi IKM kreatif, khususnya di sektor fesyen dan kriya.
“Kolaborasi antara BPIFK dan FEB Universitas Mahasaraswati diharapkan berkontribusi besar bagi pengembangan industri kreatif. Penelitian ini tidak hanya menekankan aspek ekonomi, tetapi juga menyeimbangkan dimensi sosial, lingkungan, dan budaya,” ujar Dirjen Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, Rabu (13/8).
Sinergi Akademisi–Industri–Pemerintah
Kerja sama ini masuk dalam Nota Kesepahaman yang meliputi pendidikan, penelitian bersama, publikasi ilmiah, hingga pengembangan inovasi berbasis teknologi. Bukan hanya riset, tapi juga pengabdian masyarakat berupa pelatihan, workshop, pendampingan, hingga pameran.
“Perjanjian ini bertujuan mengoptimalkan peran Tridharma Perguruan Tinggi sekaligus meningkatkan daya saing IKM. Untuk memberikan dampak yang lebih kuat, tentu kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri,” tambah Reni.
Sekretaris Ditjen IKMA, Yedi Sabaryadi, menekankan kolaborasi ini sebagai bukti konkret sinergi pemerintah, perguruan tinggi, dan industri.
“Kegiatan ini memberikan manfaat langsung bagi pengembangan IKM agar semakin adaptif terhadap tantangan zaman, namun tetap berakar pada nilai budaya lokal dan menjaga keberlanjutan lingkungan,” katanya.
Model Bisnis dengan DNA Lokal
Penelitian ini melibatkan empat akademisi Universitas Mahasaraswati bersama Kepala BPIFK, Dickie Sulistya Aprilyanto. Dickie menegaskan, model bisnis yang dihasilkan ditargetkan tidak berhenti pada dokumen, melainkan menjadi acuan nyata bagi pelaku IKM.
“Harapannya, model ini bisa menjadi inspirasi bagi IKM untuk tumbuh berkelanjutan dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial, lingkungan, dan budaya,” ujarnya.
Riset ini mendapat dukungan pendanaan dari Ditjen Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui skema Penelitian Terapan Luaran Model (PT-LM).
Sebagai tindak lanjut, BPIFK menggelar Focus Group Discussion (FGD) pada 17 Juli 2025, melibatkan pakar lintas sektor: dari Kemenperin, Bappenas, Universitas Prasetiya Mulya, hingga budayawan Bali. Pelaku IKM berkelanjutan di Bali—seperti TRI-Cycle, Pagi Motley, dan Agung Bali Collection—juga hadir berbagi praktik lapangan.
Mengincar Transformasi Jangka Panjang
Dengan ekosistem yang menggabungkan riset akademik, kebijakan publik, dan praktik bisnis, Kemenperin optimistis IKM Indonesia bisa melangkah lebih jauh. Targetnya, sektor ini bukan sekadar menopang ekonomi, tetapi juga menjadi motor transformasi menuju industri hijau dan berkarakter budaya lokal.
Kunjungi Medsos Klikwartaku.com
Klik di sini