klikwartaku.com
Beranda Ekonomi Kemampuan Menabung dan Optimisme Konsumen RI Kian Tergerus di Mei 2025

Kemampuan Menabung dan Optimisme Konsumen RI Kian Tergerus di Mei 2025

Oplus_16908288

 

KLIK WARTAKU – Survei Konsumen dan Perekonomian (SKP) yang dirilis oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menunjukkan bahwa Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada Mei 2025 melemah ke level 79,0, turun 4,4 poin dibandingkan bulan sebelumnya.

Komponen utama seperti Indeks Intensitas Menabung (IIM) jatuh 7,1 poin ke 65,1, menandai penurunan kemampuan aktual konsumen untuk menyisihkan penghasilannya.

Penurunan ini bukan sekadar angka statistik. Sebanyak 30,3% responden mengaku tidak pernah menabung, dan lebih dari setengahnya (56,7%) menyatakan menabung lebih sedikit dari rencana.

Dengan biaya pendidikan yang melonjak menjelang tahun ajaran baru dan beban utang yang membengkak, ruang fiskal rumah tangga menyempit secara drastis.

“Banyak responden mengalihkan dana tabungan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan atau membayar cicilan utang,” kata Seto Wardono, Direktur Group Riset LPS. “Hal ini menunjukkan adanya tekanan keseharian yang nyata di level rumah tangga.”

Tak hanya soal tabungan, keyakinan terhadap ekonomi juga melemah. Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) turun ke level 99,7, turun 3,4 poin secara bulanan. Penurunan ini dipicu oleh menurunnya persepsi konsumen terhadap lapangan kerja dan ekonomi lokal, terutama di wilayah yang terdampak cuaca ekstrem dan bencana banjir.

Faktor eksternal seperti gagal panen, rusaknya infrastruktur, dan harga jual hasil tani yang menurun turut memperburuk sentimen, terutama di sektor informal dan pertanian.

Ini tercermin dari penurunan dua komponen utama IKK: Indeks Situasi Saat Ini (ISSI) turun ke 79,4, dan Indeks Ekspektasi (IE) turun ke 114,9.

Data juga menggarisbawahi semakin lebarnya ketimpangan antarkelompok pendapatan. Kelompok rumah tangga dengan penghasilan di atas Rp7 juta/bulan masih mencatat IMK di atas 100 dan IKK yang tetap tinggi, meski menurun.

Sebaliknya, rumah tangga dengan penghasilan di bawah Rp1,5 juta mencatat penurunan IMK hingga 12,5 poin dan IKK yang semakin tertekan.

Artinya, kelompok bawah tidak hanya mengurangi tabungan, mereka tidak menabung sama sekali. Dan ini bukan sekadar pilihan, melainkan keterpaksaan.

Penurunan serentak IMK dan IKK menjadi sinyal penting bagi pemerintah dan otoritas moneter.

Dengan konsumsi rumah tangga sebagai kontributor terbesar terhadap PDB, pelemahan daya beli masyarakat bisa berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi nasional.

“Jika tekanan ini berlanjut, perlu ada intervensi kebijakan yang menyasar langsung kelompok rentan, entah dalam bentuk bantuan pendidikan, perlindungan harga kebutuhan pokok, atau insentif untuk mendorong konsumsi,” tambah Seto.

Mei 2025 memberi gambaran kontras: sebagian kecil masyarakat masih memiliki ruang finansial, namun mayoritas mulai ‘mengerem’ konsumsi, menahan tabungan, dan menyusun ulang prioritas finansial di tengah ketidakpastian.

Jika tak segera ditangani, tekanan ini dapat meluas menjadi risiko ekonomi struktural, terutama jika cuaca ekstrem dan biaya hidup tinggi berlanjut pada semester kedua tahun ini.

 

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan