klikwartaku.com
Beranda Internasional Kegembiraan Berubah Duka: Tragedi Perayaan Kemenangan RCB di Bengaluru

Kegembiraan Berubah Duka: Tragedi Perayaan Kemenangan RCB di Bengaluru

Ilustrasi stadion olahraga disesaki pengunjung

KLIKWARTAKU – Ketika Shamili meninggalkan rumahnya di kota Bengaluru, India, pada Rabu lalu, tujuannya bukan untuk menyaksikan pertandingan kriket. Ia bahkan bukan penggemar olahraga tersebut. Namun euforia kemenangan Royal Challengers Bengaluru (RCB) di turnamen Indian Premier League (IPL) menyapu seluruh kota seperti gelombang besar.

Mengenakan jersey RCB bertuliskan “18 Virat” merujuk pada ikon kriket kota itu, Virat Kohli, Shamili bergabung bersama saudara dan teman-temannya di dekat Stadion Chinnaswamy untuk merayakan kemenangan pertama RCB dalam sejarah IPL. Namun, momen yang seharusnya penuh kegembiraan itu berubah menjadi mimpi buruk.

Perayaan kemenangan itu berubah menjadi tragedi ketika kerumunan massa yang jauh melebihi perkiraan menyebabkan desak-desakan mematikan yang menewaskan 11 orang dan melukai puluhan lainnya. Para penyintas seperti Shamili kini masih diliputi trauma, rasa sakit, dan ketidakpercayaan setelah perayaan itu berubah menjadi bencana.

“Aku terus berkata, ayo pergi, ayo pergi, kerumunan semakin tidak terkendali,” ujar Shamili dari ranjang Rumah Sakit Pemerintah Bowring and Lady Curzon. “Tiba-tiba aku sudah terjatuh. Orang-orang menginjakku. Kupikir aku akan mati,” ungkapnya sedih.

Shamili bukan satu-satunya. Banyak warga yang datang hanya untuk menikmati suasana, para penggemar, keluarga, hingga warga yang penasaran, mendapati diri mereka terjebak dalam lautan manusia yang bergerak liar.

Polisi memperkirakan hanya sekitar 100.000 orang akan hadir. Namun menurut Kepala Menteri Karnataka, Siddaramaiah, jumlah massa membeludak hingga 200.000 hingga 300.000 orang. Stadion yang hanya berkapasitas 32.000 itu sudah kewalahan bahkan sebelum tim RCB tiba.

Video sebelum kejadian menunjukkan orang-orang memanjat pohon dan mencoba memanjat dinding stadion. Haneef Mohammed, seorang mahasiswa teknik, mengatakan bahwa ia tidak berniat masuk ke dalam karena tidak memiliki tiket. “Aku hanya berdiri melihat kerumunan di dekat gerbang utama. Tiba-tiba orang-orang mulai berlarian dan polisi mulai memukuli mereka dengan tongkat,” katanya.

Di India, polisi kerap menggunakan tongkat panjang bambu, atau lathi, untuk mengendalikan massa. Haneef terkena pukulan di kepala dan mengalami pendarahan, namun polisi segera membawanya ke rumah sakit.

Korban tewas berusia antara 13 hingga 43 tahun. Yang termuda, Divyanshi, adalah siswi kelas 9 yang datang bersama ibu dan keluarganya. Korban lain termasuk mahasiswa dan pekerja teknologi yang datang bersama rekan kerjanya.

Seorang dokter yang enggan disebut namanya mengatakan sebagian besar korban sudah dalam keadaan meninggal saat dibawa ke rumah sakit, karena sesak napas atau patah tulang rusuk. Padatnya kerumunan membuat ambulans kesulitan menjangkau lokasi.

Sementara kekacauan berlangsung di luar stadion, tim RCB tetap masuk ke stadion setelah menerima penghargaan dari gubernur dan kepala menteri di tangga Gedung Vidhana Soudha, pusat pemerintahan negara bagian Karnataka.

“Mereka melakukan victory lap di dalam stadion. Di dalam, tidak terlihat ada tanda-tanda bahwa tragedi baru saja terjadi di luar,” ujar seorang saksi mata yang tak ingin disebutkan namanya.

Ketua IPL Arun Dhumal mengaku tidak mengetahui siapa yang merencanakan acara tersebut dan mengatakan pejabat RCB di dalam stadion baru mengetahui tragedi itu setelah mendapat telepon. Dalam pernyataannya di X (dulu Twitter), RCB menyatakan “sangat berduka atas insiden yang terjadi”.

“Begitu kami mengetahui situasinya, kami segera menyesuaikan program dan mengikuti arahan serta saran dari otoritas setempat,” tulis pernyataan tersebut. “Atas kejadian ini, saya kehabisan kata. Hancur hati saya,” tulis bintang tim RCB, Virat Kohli, di Instagram.

Namun pertanyaan besar masih menggantung: bagaimana dan mengapa acara ini bisa terjadi tanpa persiapan yang memadai? “Biasanya, pemberian penghargaan kepada tim dilakukan di tempat tertutup dan terkendali. Tapi di sini, sepertinya tidak ada persiapan sama sekali,” kata kerabat salah satu korban di RS Bowring.

Kepala Menteri Siddaramaiah telah mengumumkan penyelidikan magisterial untuk mengusut insiden ini. “Momen kebahagiaan telah berubah menjadi duka,” ujarnya pada hari kejadian.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan