klikwartaku.com
Beranda Internasional Kebocoran Data Qantas Bongkar Profil Enam Juta Pelanggan: Serangan Siber Guncang Dunia Penerbangan

Kebocoran Data Qantas Bongkar Profil Enam Juta Pelanggan: Serangan Siber Guncang Dunia Penerbangan

Ilustrasi maskapai nasional Australia, Qantas

KLIKWARTAKU — Maskapai nasional Australia, Qantas, tengah menghadapi sorotan tajam setelah serangan siber membobol sistem pihak ketiga yang digunakan untuk layanan pelanggan, mengekspos data pribadi hingga enam juta pengguna.

Insiden ini terdeteksi pada 30 Juni 2025, saat tim keamanan Qantas mencurigai adanya aktivitas tidak biasa pada platform digital yang digunakan pusat kontak mereka. Sistem tersebut menyimpan berbagai informasi sensitif seperti nama lengkap, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, hingga nomor keanggotaan frequent flyer.

Dalam pernyataannya, Qantas menegaskan begitu pelanggaran diketahui, mereka langsung mengambil langkah cepat untuk mengamankan sistem dan menghentikan akses tidak sah. Meski demikian, penyelidikan internal masih berlangsung dan perusahaan memperkirakan volume data yang terdampak cukup signifikan.

Pihak maskapai memastikan informasi penting seperti nomor paspor, data kartu kredit, serta detail finansial pribadi tidak tersimpan di dalam sistem yang diretas. Akun frequent flyer, termasuk kata sandi dan PIN, juga dipastikan aman.

CEO Qantas Group, Vanessa Hudson, menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh pelanggan dan mengakui situasi ini menimbulkan keresahan. Ia menegaskan operasional maskapai tidak terdampak dan keselamatan penerbangan tetap terjaga. Qantas pun membuka saluran bantuan khusus bagi pelanggan yang memiliki kekhawatiran terkait kebocoran ini.

Sebagai tindak lanjut, Qantas telah melaporkan kasus ini ke Kepolisian Federal Australia (AFP), Pusat Keamanan Siber Australia (ACSC), serta Kantor Komisaris Informasi Australia (OAIC).

Serangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah FBI mengeluarkan peringatan kelompok siber kriminal “Scattered Spider” tengah mengincar sektor penerbangan. Maskapai lain seperti Hawaiian Airlines (AS) dan WestJet (Kanada) juga dilaporkan menjadi korban dalam dua pekan terakhir.

Kelompok ini juga diyakini berada di balik serangkaian serangan siber terhadap sejumlah ritel besar Inggris, termasuk M&S.

Australia sendiri sedang menghadapi gelombang kebocoran data sepanjang 2025. Sebelumnya, lembaga pensiun AustralianSuper dan media besar Nine juga mengalami insiden serupa.

OAIC mencatat tahun 2024 merupakan tahun terburuk dalam sejarah pelanggaran data di Australia sejak pencatatan dimulai pada 2018. Komisioner Privasi Australia, Carly Kind, memperingatkan tren serangan siber oleh aktor jahat kemungkinan besar akan terus meningkat.

“Ancaman kebocoran data tidak akan mereda dalam waktu dekat. Kami mendesak sektor swasta dan pemerintah untuk meningkatkan perlindungan data mereka,” ujar Kind dalam pernyataan resminya.***

KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat

Homepage
Bagikan:

Iklan