Ke Mana Arah Konflik Israel Vs Iran Akan Berlanjut?
KLIKWARTAKU – Tujuan serangan Israel diklaim mereka untuk menghambat program nuklir Iran selama bertahun-tahun, dan jika memungkinkan, menghentikannya sepenuhnya. Bahkan di kalangan militer, politik, dan intelijen Israel, ada harapan operasi ini bisa melemahkan kepemimpinan Iran sedemikian rupa hingga terjadi keruntuhan rezim. Namun, harapan ini bisa jadi hanyalah angan-angan semata.
Presiden AS, Donald Trump, pada Jumat lalu mengatakan bahwa Iran memiliki kesempatan kedua untuk menyetujui sebuah kesepakatan. Putaran keenam perundingan antara AS dan Iran dijadwalkan akan digelar di Muscat pada hari Minggu. Namun, Israel tidak terlalu percaya pada perundingan ini.
Sama seperti Rusia yang dituduh menggantungkan harapan Trump dalam pembicaraan damai dengan Ukraina, Israel percaya Iran melakukan hal serupa dalam konteks ini. Israel menilai bahwa ini adalah peluang terbaik dan mungkin yang terakhir untuk menghentikan secara permanen program senjata nuklir Iran yang dicurigai.
“Serangan besar-besaran Israel di seluruh wilayah Iran pada malam hari dirancang untuk menggagalkan peluang Trump dalam mencapai kesepakatan guna membatasi program nuklir Iran,” kata Ellie Geranmayeh, Peneliti Senior di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa (ECFR).
“Jelas bahwa waktu dan skala besar dari serangan ini memang dimaksudkan untuk sepenuhnya menggagalkan proses negosiasi.”
Washington sendiri telah berusaha keras untuk menyampaikan kepada Iran bahwa Amerika Serikat tidak terlibat dalam serangan ini. Namun, jika Iran memutuskan untuk membalas dengan menyerang salah satu dari banyak pangkalan AS di Kawasan (baik secara langsung maupun melalui proxy-nya) maka risiko keterlibatan AS dalam konflik Timur Tengah yang baru menjadi semakin besar.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah bersumpah akan memberikan “hukuman berat” kepada Israel sebagai tindakan balasan. Maka ada risiko yang jauh lebih besar yang mengintai, sebab operasi militer Israel bisa menjadi bumerang dan justru memicu perlombaan senjata nuklir di kawasan.
Para tokoh garis keras di dalam lingkaran keamanan Iran sejak lama berpendapat bahwa satu-satunya cara ampuh untuk mencegah serangan di masa depan dari Israel atau AS adalah dengan memiliki senjata nuklir. Mereka tentu mencatat nasib yang berbeda antara Libya dan Korea Utara.
Kolonel Gaddafi di Libya menghentikan program senjata pemusnah massalnya pada 2003. Delapan tahun kemudian, ia tewas di sebuah selokan, digulingkan oleh protes Arab Spring yang didukung serangan udara Barat.
Sebaliknya, Korea Utara justru menentang semua sanksi internasional dan berhasil membangun persenjataan nuklir dan rudal balistik antarbenua yang cukup untuk membuat calon penyerang berpikir dua kali.***
KlikWartaku.Com Gak Cuma Cepat Tapi Tepat
Homepage